Ad (728x90)

Kamis, 05 Februari 2009

KASIH SAYANG

KASIH SAYANG
NILAI DASAR AJARAN ILAHI
Oleh : Rofiq Abidin

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(QS. Al Anbiya’ : 107)

Dalam ajaran Ilahi kita diajarkan untuk memulai segala aktifitas dengan niat yang lurus, karena niat akan menentukan nilai amal yang akan dilakukan. Maka dalam memulai segala sesuatu, niat kita mestilah menganut prinsip-prinsip bismillah karena di dalamnya terdapat energi dasyat yang merupakan sumber kekuatan Ilahiah yakni energi rahman dan rahim (kasih-sayang). Rahmat (kasih sayang) Allah adalah merupakan intisari dari pada prinsip bismillah dan obsesi akhir setiap amalan manusia karena hanya dengan rahmat Allahlah kita dapat selamat dunia dan akhirat. Setiap manusia memili nafsu dan emosi yang masing masing menyimpan potensi-potensi plus-minus. Agar nafsu dan emosi menjadi sesuatu energi positif maka perlu adanya managemen untuk mengolahnya, maka kasih sayang inilah yang dapat menjadi instrument secrening sehingga senantiasa dalam kendali isme Ilahiyah sebagaimana dalam prinsip bismillah. Jika seseorang telah mencabut rasa kasih sayang dalam hati dan tindakannya maka tidak selayaknya ia menyebut-nyebut asma Allah, Karena hanya orang yang mampu menggunakan sifat Allah ( kasih sayang ) yang boleh melakukan perbuatan atas nama Allah. Bersikaplah penuh kasih sayang kepada sesama. Karena sifat kasih sayang digunakan untuk menunjukkan sifat Allah SWT. Dan seharusnya sifat itu juga direalisasikan oleh manusia melalui perkenan "Yang Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim). Islam adalah rahmat bagi alam semesta yang nilai-nilai dasarnya (kasih-sayang) akan memberi kesejukan dan kedamaian bagi alam semesta, memberi warna indah terhadap pluralisme dalam wujud pengamalan toleransi, membantu sesama yang sedang dalam kesulitan dan apapun yang menyiratkan kebaikan dan kesejahteraan jasmaniah maupun rohaniah. Mari kita kaji aksentuasi dari nilai-nilai kasih sayang Dalam QS : Ali Imran : 159 :

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. *(Ali Imron : 159)

Rahmat Allah yang diaksentuasikan manusia dalam bentuk kasih sayang kepada sesama akan melahirkan beberapa sifat shaleh sebagai berikut :

1. lembut/Santun Dalam Bertindak
Dalam setiap tindakan kita memerlukan langkah dan strategi yang jitu untuk meraih keberhasilan, maka Rasulullah SAW telahpun mengimplementasikan nilai kasih-sayang dalam menyiarkan risalah Allah sehingga menjadi kekuatan dasyat yang dapat secara nyata hasil dari kesantunan beliau dalam mentegakkan kalimatillah (li I’lahi kalimatillah). Untuk itu ajaran kasih sayang yang telah diprektekkan Rasulullah SAW akan begitu indah dan terasa damai jika terus kita penetrasikan dalam kehidupan bermasyarakat, beragama dan bernegara. Maka tidak ada lagi kekerasan atas nama agama dan anarkisme yang merusak nilai kebersamaan umat dan persatuan bangsa jika kita semua mempraktekkan nilai kasih sayang dalam kehidupan.

2. Pema’af dan Cinta Damai
Mema’afkan seseorang terkadang menjadi hal yang sulit jika masih menyimpan dendam dalam hatinya. Namun jika ia mengingat prinsip bismillah dan benar-benar mengahayatinya maka akan ada sebuah kekuatan yang mendorong dirinya untuk bersikap mengasihi dan menyayangi sesamanya, karena Allah akan mengirimkan rahmatNya kepada manusia yang mau memulai sesuatu kebaikan dengan ”berbasmallah”. Dengan mengutamakan kasih sayang seseorang akan memiliki jiwa pema’aaf dan cinta terhadap perdamaian karena rahmat (kasih sayang) Allah yang maha Welas-asih (Pengasih dan penyayang) akan menyiratkan nilai-nilai perdamaian dalam hai-hati seseorang yang sedang konfrontasi mengalahkan dendamnya dan memikirkan dampak kedepannya. Maka menjadilah manusia pema’af sebagaimana Muhammad SAW selalu mema’afkan umat dan musuhnya walaupun berbuat dzalim terhadapnya,

3. Mendo’akan Sesamanya
Ampunan Allah tidak akan datang kepada seseorang yang belum bertaubat, dan taubatpun juga tidak akan muncul jika seseorang tidak mau mengevaluasi dirinya sehingga muncul kesadaran akan kesalahnnya dan tidak mengulanginya tiulah makna sebanarnya dari istigfar Karena istigfar bukan semata-mata membaca ”astagfirullah” tapi tetap mengerjakan perbuatan-perbuatan dosanya. Maka perlu benteng yang menjaga istiqomah taubatnya yakni “do’a” baik dilakukan dirinya maupun dido’akan orang lain karena kemurahan hati dan rasa kasih sayangnya. Dalam setiap action kita yang hampir mencapai titik putus asa terkadang kita baru memulai berdo’a secara khusuk, semisal kita telahpun berusaha memberikan penerangan dan peringatan kapada saudara kita yang berdosa dengan bebagai cara kita lakukan namun tidak juga menghentikan perbuatan dosanya, maka pada saat itulah kita mendo’akannya atau sebaliknya kita akan mencelanya karena sikapnya yang tak kunjung berubah. Di sini ada hikmah menarik yang mesti kita petik, bahwa amar ma’ruf nahi mungkar tak harus dido’akan setelah kita hampir putus asa namun kita senantiasa berdo’a pada awal niat yang mengandung nilai bismillah yang mengandung nilai do’a untuk sukses mencapai sesuatu serta mendo’akan dalam konteks aktual yakni mengajak kembali kepada jalan yang diridhoi Allah SWT. Hematnya sikap mendo’akan terhadap sesama agar sadar dengan perbuatan dosanya adalah wujud sikap sabar dan pantang menyerah dalam amar ma’ruf nahi munkar yang berakar dari nilai rahman dan rahim (kasih sayang)

4. Demokratis
Sikap terbuka menerima perpedaan dalam berpendapat yang selanjutnya mengambil dan menjunjung tinggi mufakat bersama adalah nilai dasar dari demokrasi yang telahpun dipraktekkan oleh para nabi dan rosul berabad-abad tahun yang lalu, sebut saja nabiyullah Ibrahim yang bersikap demokratis kepada Ismail yang hendak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelihnya. Adalah Rosulullah Muhammad yang selalu memusyawarahkan apapun persoalan negara Madinah kepada para jajaran kabinetnya dan para sahabatnya untuk mencapai hasil keputusan universal dan tidak merugikan semua pihak. Sikap demokratis ini tak akan muncul bila seseorang telah mencabut kasih sayangnya dalam benaknya, yang ada hanya pemaksaan, kekerasan dan tiranis. Dengan selalu mengedepankan nilai-nilai kasih sayang maka seseorang akan dengan sendirinya memiliki sikap demokratis dalam mengambil keputusan bukan ananiyahnya (keaukuannya) yang bertindak tapi nahniahnya (kekitaan)nya. Karena kalau ana itu cuma satu dan sifatnya lemah dan yang egois cenderung sombong, tapi kalau nahnu itu jama’ dan sifatnya kuat karena mendapat dukungan dari berbagai kalangan.

5. Memiliki komitmen yang tinggi/konsisten
Konsistensi seseorang akan memperlihatkan betapa ia telah memegang teguh tekad/komitmen terhadap amanahnya. Rahmat Allah akan menuntun kita untuk senantiasa konsisten terhadap komitmen/tekad yang tekah diikrarkan namun seseorang yang telah kehilangan sifat rahman dan rahimnya maka akan tega meninggalkan tugas dna amanahnya yang diemban tanpa memikirkan dampak kedepannya.

6. Totalitas Dalam Upaya/Tawakal Kepada Allah
Rahmat Allah yang bersemayam dalam hati akan membuka jalan dalam meraih solusi terbaik karena maksimalitas upaya dan kejernihan otak yang tersirat dari sifat rahman dan rahimnya, baik dalam wujud kepekaannya melihat sekitar ataupun kejeliannya menangkap peluang, tidak ada rumus menyerah dalam hidupnya ia akan senantiasa berkomunikasi dengan Allah yang maha Pengasih dan Penyayang dalam kegagalan ataupun keberhasilan, Allah menjadi sandaran/tempat bergantung dalam keadaan apapun sehingga langkahnya akan senantiasa bertawakal kepada Allah secara terus menerus.

Mengapa begitu pentingnya sifat kasih sayang itu? Dapat dimaklumi bila sifat kasih sayang ini tertanam didalam diri kita maka kehidupan didunia akan menjadi penuh kedamaian. Pejabat tidak akan korupsi karena dorongan kasih sayang kepada sesama. Dia akan menyadari perbuatan korupsi itu akan menimbulkan kesengsaraan bagi orang banyak. Para suami juga akan bekerja keras dan tidak akan selingkuh karena dorongan rasa kasih sayang kepada istri yang diamanahkan allah kepada dirinya. Para istri tidak berpaling dari amanah suami dan akan mengabdi kepada suami karena rasa cinta dan kasih sayangnya. Masyarakat akan bergotong royong untuk saling membantu satu sama lain karena dorongan kasih sayang. Tiada kaum duafa yang terlupakan, tiada fakir miskin yang terlantar, tiada yatim piatu yang tersisihkan , tiada para orang tua yang teracuhkan, Tiada pedagang yang mengejar laba semata , Tiada ulama yang hanya mengejar uang transfor, Tiada pejabat /penguasa yang acuh dengan rakyatnya, bila didalam hati tertanam sifat kasih sayang.

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism