Ad (728x90)

Kamis, 03 Desember 2009

PEMUDA

PEMUDA SEBAGAI AGENT OF CHANGES
Oleh : Rofiq Abidin

(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS. Al Kahfi : 10)

Perubahan berjalan secara dinamis menerobos setiap sudut kehidupan, seiring dengan derasnya arus informasi dari waktu ke waktu yang selalu mengilhami pola pikir kita untuk selalu berpikir lebih maju, terbuka dan realistis. Bagaimanakah seharusnya muslim menyikapi perubahan? Diam sambil menatap kosong atau ikut berpikir, menyingsingkan lengan baju dan bergerak maju menembus tembok-tembok kebuntuan, karena jika kita hanya terpaku, maka kita akan tergilas dengan perubahan itu sendiri, namun tentu saja dengan tetap memegang prinsip Ilahiyah sebagai frame of reference (rujukan utama) dalam bertindak dan melangkah. Dengan menebar rahmatNya (kasih sayang Allah) maka perubahan akan berjalan secara indah, suara-suara perubahan yang dilabuhkan dengan penuh kasih sayang akan dapat diterima dengan lapang dada karena bersemayamnya nilai-nilai kasih sayang demi meraih petunjuknya/ solusi terbaik.

Peran Pemuda
Mustafa Gayalani pernah mengungkapkan bahwa “ditanganmulah pemuda terletak urusan umat/ bangsa, dikakimulah penentu hidup dan kejayaan bangsa”. Dalam diri pemuda terkumpul semangat yang dibutuhkan umat untuk bangkit menata pilar-pilar kemajuan. Dalam sejarahpun pemuda banyak mengawali perubahan suatu bangsa, ada Kisah Ibrahim sang mujadid (pembaharu) yang begitu berani menyampaikan perubahan baik dalam urusan ketauhidan maupun sosial atau ashabul kahfi yang masing-masing begitu sigap menerima kebenaran.
Ada tiga peran pemuda sebagai agen perubahan :
a. Sebagai generasi “penerus”
Nilai-nilai luhur yang telah tertanam dalam masyarakat tidak akan hilang manakala ada yang meneruskan dan mengamalkannya, pemuda sebagai generasi peneruslah yang harus melestarikan nilai-nilai luhur tersebut. Kepekaan generasi senior telahpun dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim AS dengan mendidik Ismail yang memiliki kesabaran luar biasa, Kisah Nabi Khidir yang dengan sangat tegas mendidik Musa AS sehingga mendapat gelar istimewa dari Allah sebagai “ulul azmi”, Muhammad SAW pun begitu gigih mendidik dan mempersiapkan generasi penerusnya, sebut saja Ali Ibnu Abi Thalib sang gerbang ilmu dan para sahabatnya yang memiliki loyalitas dan kualitas serta semangat membara membangun peradaban Madinah Al Munawaroh sebagai starting point/ titik awal kebangkitan peradaban Islam. Allah menghendaki agar kita mempersiapkan generasi penerus yang berani menyeru kebaikan demi perubahan ke arah yang lebih baik, ini bisa kita cermati secara implisit dalam firman Allah surat Ath Thur ayat 21 :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam suatu kepemimpinan terkadang kita jumpai ketidak-hanifan/ ketidaklurusan dalam berfikir, bertindak maupun mengambil keputusan. Maka sensibility (kepekaan) pemuda yang memiliki keteguhan dalam memegang ideologi dan intelektual yang masih fresh dapat memberi warna tersendiri yang harus dihormati dan diberikan kesempatan untuk menegakkan “amar makruf nahi munkar” sebagaimana kehendak Allah SWT.

b. Sebagai generasi “pengganti”
Sebuah perubahan baik diberi kesempatan atau tidak, akan terus bergulir, seiring dengan sunnatullah/hukum alam. Kita diam ataupun mempersiapkan adalah cerminan masa depan. Seperti apa kondisi generasi muslim pengganti kita peranan sangat tergantung pada persiapan, yaitu sinergi positif antara yang mempersiapkan dan yang disiapkan. Maka mari kita sadari bahwa apa-apa yang kita capai adalah gambaran persiapan generasi sebelumnya dan optimalisasi amaliyah kita sendiri. Tak ada salahnya kita mempersiapkan pengganti yang lebih baik dari kita, lebih bijak, lebih cerdas, lebih berani membela kebenaran, lebih santun, lebih loyal, hematnya lebih berkualitas demi masa depan bersama sebagaimana dipesankan Allah dalam QS Al Maidah: 54 yang menghendaki generasi pengganti yang lebih baik dari sebelumnya dan lebih mencintaiNya.

c. Sebagai generasi “pembaharu”
Mencegah kerusakan lebih utama daripada mencari keuntungan, adalah suatu kaidah yang selalu memberikan inspirasi perubahan. Siapa saja memiliki hak yang sama untuk mengubah suatu keadaan, baik secara individu maupun kolektif, terutama para pemuda idealis dan memiliki semangat serta kecerdasan. Mereka wajib memulainya jika tidak menginginkan kerusakan lebih jauh. Islam merupakan sebuah ideologi yang memberikan energi besar bagi perubahan, hal ini sangat memungkinkan karena Islam merupakan ajaran yang syumul/universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Misi universal akan mudah diterima oleh siapa saja yang menginginkan perubahan, dan ruh Islam inilah yang mesti dimiliki pemuda muslim. Kata kuncinya adalah pemuda dan Islam, pemuda yang memiliki ruh Islam yang universal sehingga dapat menyuarakan perubahan yang lebih baik, tampilan Islam yang segar, gagah berani dan tegas. Jiwa pembaharu ini telah ada dalam diri Ibrahim AS yang dengan santun namun tegas mengutarakan kepada bapaknya bahwa ia telah mendapatkan pengetahuan/ilmu yang tidak didapati bapaknya untuk mendapatkan petunjuk yang benar sesuai dengan prinsip-pinsip Ilahiyah, ini dikutip dalam QS Maryam : 43 sebagai berikut:
“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.”

Kebersamaan dalam Membangun Perubahan
Peradaban tak bisa dibangun dalam sehari, perlu kebersamaan dan ketekunanan dari pilar-pilar yang disiapkan untuk dapat bersama-sama menemukan sinergi positif yang dapat memberikan akselerasi perubahan. Lebih baik jalan bersama tapi menemukan petunjuk yang jelas dari pada membusungkan dada meraba-raba petunjuk yang masih gelap. Setiap pilar memiliki potensi yang bervariasi, coba kita hayati betapa indahnya Rosulullah membangun peradaban Madinah dengan menghidupkan setiap potensi yang ada, Abu Bakar yang dermawan, Umar yang pemberani, Ustman Ibnu Affan seorang bangsawan yang merakyat, Ali Ibnu Abi Thalib intelektual muda yang cerdik dapat disatukan dan diberdayakan oleh Rosulullah sebagai amir sekaligus ulama’ yang menjadi tauladan bagi umatnya. Untuk itu diperlukan saling membuka hati untuk menerima nasihat dan kritik dari masing-masing pilar perubahan. Ada beberapa hal untuk mempercepat perubahan, yang pertama menyamakan pandangan antara generasi muda dan generasi senior, yang kedua membangun optimisme, ketiga senantiasa menjunjung tinggi demokrasi, keempat mensinergikan potensi masing-masing pilar perubahan sehingga menemukan solusi inspiratif. Jika kita sama-sama berpikiran terbuka, maka solusi-solusi strategis akan kita dapati secara deras, ide-ide kreatif mengalir dengan sendirinya dan rumah Indonesia akan terasa nyaman, saling percaya, saling menghormati dan secara signifikan perubahan menuju menjadi kenyataan logis yang selama ini kita idam-idamkan.

07.16
Jum'at 04 desember 2009

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism