Ad (728x90)

Senin, 07 Februari 2011

Filled Under:

Damai dengan memaafkan


MEMAFKAN PUNCAK KEMENANGAN
oleh : Rofiq Abidin

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
(QS. Al Baqarah : 263)

Perayaan Idul Fitri merupakan aksentuasi perasaan kemenangan Ummat Islam yang telah menempa mental dan keimanan selama satu bulan penuh dengan shaum (puasa). Bagi mukmin yang benar-benar menunaikan shaum dengan khusyuk dan ikhlas maka akan mendapatkan dampak luar biasa, bukan hanya pada Bulan Ramadhan namun setelah Bulan Ramadhanpun akan memberi manfaat, baik secara spiritual yang dapat meningkatkan kedekatan dengan Allah, maupun secara psikologis dengan penataan emosionalnya. Empati spiritual dan empati sosial yang telah tertanam pada masa ujian Ramadhan akan mengantarkan seseorang menemukan kesejatian kemanusiaannya. Perayaan tahunan Idul Fitri merupakan ekspresi kemenangan, kegembiraan, dan kesenangan. Kemenangan didapatkan setelah menakhlukkan “hawa nafsu” selama Bulan Ramadhan. Kegembiraan didapatkan bagi mereka yang telah diampuni dosanya. Kesenangan didapatkan bagi mereka yang berkumpul dan bersilaturrohim dengan keluarga dan sanak saudara. Pada saat inilah momen Idul Fitri mendorong untuk saling memaafkan, menghilangkan rasa dendam dan melupakan masa kelam dengan seseorang, selanjutnya membuka hati untuk memulai lembaran silaturohim yang bernilai kebaikan.

Refleksi memaafkan
Memaafkan merupakan kesediaan hati untuk menerima kesalahan masa lalu dan siap menata masa depan yang lebih baik. Memaafkan bukanlah sekedar tindakan lahiriyah untuk berjabat tangan tanpa merefleksi kembali sikapnya, namun merupakan komitmen bathin untuk menerima dengan tulus kesalahan-kesalahan masa lalu. Secara filosofis bermakna kehendak untuk hidup dengan tanpa menengok kebelakang dan memupus kebencian dan dendam yang pernah membara. Memaafkan memilki kekuatan besar, seseorang akan terbebas dari beban masa lalu, sehingga setelah memaafkan seseorang akan bisa bertindak lebih tegas pada masa kini, bekerjasama dan mengadakan perbaikan-perbaikan tindakan. Perkataan dan sikapnya akan berusaha ma’ruf (baik) sehingga muncullah kesalehan sosial dan keharmonisan dalam menjalin hubungan persaudaraan. Idul Fitri merupakan momen yang baik untuk merefleksikan kata “maaf”. Apabila pada masa lalu dipenuhi dengan konflik dan rasa dendam, hubungan yang renggang dan persaudaraan yang putus, maka di hari yang fitri ini kita memulai momen untuk mengembalikan ikatan persaudaraan tersebut. Tidak ada manusia yang tidak pernah bersalah/berdosa, yang ada adalah manusia yang bersih dari dosa, maka mohonlah ampun kepada Allah (Istighfar) dan minta maaflah kepada sesama sehingga secara lahiriah dan batiniah akan terbebas dari dosa.

Memberi Maaf merupakan Kemenangan Besar
Memaafkan kesalahan orang lain terkadang terasa mudah manakala kesalahannya tidak seberapa besar, namun jika masih tersimpan dendam boleh jadi memberi maaf akan terasa berat. Pada dasarnya kesalahan yang dilakukan manusia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari Allah SWT, tanpa kita balaspun Allah Maha Tahu dan akan membalas perbuatan jahat yang dilakukan seseorang terhadap kita. Allah Maha Melihat dan Menghitung setiap kesalahan dan dosa hamba-Nya. Namun bagi hamba-Nya yang mau bertaubat dan memperbaikinya, Allahpun juga mengampuninya, jadi Allah yang Maha Mengingat setiap kesalahan kita dan bisa mengampuni kesalahan kita karena rahmat-Nya.
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nisa’: 79)
Apapun nikmat yang kita rasakan datangnya dari Allah, kehendak Allah, karena rahman dan rahim-Nyalah kita mendapatkan kenikmatan. Adapun musibah yang menimpa kita akan menyiratkan dua makna, apakah musibah ini sebagai ujian atas keimanan kita ataukah hukuman (balasan setimpal atas kesalahan). Jadi kita tidak perlu bingung kalau kesalahan orang lain kepada kita tidak mendapat balasan, kita beri dia maaf, kita berdo’a agar dia menemukan kesadaran atas kesalahannya. Itulah tindakan seorang mukmin yang suka perdamaian bukan dendam. Allah Maha Menyaksikan siapapun hamba-Nya yang berbuat dosa, baik yang tersembunyi (rencana di hati, prasangka buruk) maupun yang nyata-nyata dilakukan. Maka momen Idul Fitri adalah puncak kemenangan jika kita dapat memaafkan kesalahan orang lain, karena dengan memaafkan kita telah membunuh rasa dendam kita, rasa kecewa kita, rasa dongkol kita dan akan berubah menjadi sebuah kepuasan bathin yang besar jika kita sanggup melakukannya dengan tulus ikhlas. Kita akan benar-benar merasa menang karena telah mengalahkan hawa nafsu kita.
Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa. (QS. An Nisa’ : 149)
Setelah kita melakukan shaum sebulan lamanya, maka hari kemenangan Idul Fitri akan kita sempurnakan dengan memberi maaf atas kesalahan saudara, teman dan sahabat. Sebuah kemenangan yang besar dan akan berdampak besar bila kita sanggup melakukannya. Ada beberapa langkah untuk membimbing kita kepada puncak kemenangan dengan memaafkan, yaitu :
  1. Mengingat sekaligus memaafkan
Pemaafan cenderung hanya dipahami dengan sekedar melupakan kesalahan orang lain saja, padahal perlu untuk mengingat sekaligus memaafkan, karena proses ini sebagai muhasabah, yakni saling menghitung atau menimbang, sehingga masing-masing saling instropeksi diri dan menilai secara moral atas dampak perbuatan yang diperbuatnya. Refleksi ini akan menimbulkan penyesalan yang dalam atas kesalahan yang diperbuat dan memudahkan kita untuk memberi maaf karena kesadarannya.
  1. Memutuskan kompensasi
Kita tidak perlu kompensasi untuk memberi maaf, tulus saja itulah intinya memberi maaf, bukan minta ganti rugi atas apa yang telah diperbuat kepada kita, namun bukan berarti menghilangkan proses tindakan hukum, tapi keikhlasan kita menerima kenyataan bahwa kesalahannya adalah sebuah pendewasaan bagi dirinya.
  1. Membangkitkan empati
Tidak ada jaminan seseorang tidak bisa berbuat salah, sebaik-baik seseorang pasti  memiliki potensi berbuat jahat dan sejahat-jahatnya seseorang pasti mempunyai naluri untuk berbuat baik. Jadi sikap empati kepada pelaku kejahatan dengan memaafkan berarti memberikan kesempatan baginya untuk memperbaiki diri.
  1. Memperbaharui hubungan
Memberi maaf, berarti kesiapan untuk hidup berdampingan secara damai dengan orang yang telah kita beri maaf. Memaafkan akan memberi manfaat luar biasa karena keharmonisan akan terjalin kembali dan mensinergikan kemampuan menata masa depan yang lebih cemerlang.
Mencapai puncak di hari kemenangan dengan memberi maaf atas kesalahan orang lain akan memberikan manfaat kesalehan sosial yang berkelanjutan. Berilah maaf, kita akan terbebas dari rasa dendam, rasa benci dan rasa kecewa. Ikhlaskan saja semuanya, pasrahkan kepada Allah atas apa yang diperbuatnya, karena Allah tidak tidur dan Maha Kuasa. Semoga ia segera menyadari kesalahannya dan menata kembali keharmonisan untuk meraih harapan yang lebih baik. Kita akan merasakan kemenangan yang luar biasa karena telah mengalahkan hawa nafsu yang berupa dendam, benci dan kecewa.

Rofiq Abidin

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism