Hanya Aku dan DIA
Oleh : Rofiq Abidin
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
(yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang
kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan
kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan
Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS. Az Zumar : 23)
Allah saja yang tidak akan pernah mengecewakan
kita, kita sesama manusia tidak akan bisa memuaskan semua keinginan manusia, karena
manusia punya hawahu (hawa nafsu), baik yang muncul dalam bentuk nafs
amarah maupun nafs-nafs buruk lainnya. Tata tertib hidup yang dibuat oleh Allah dalam
firman-Nyalah yang akan menunjuki dua jalan, yakni jalan yang benar dan
jalan yang salah beserta dengan
resikonya, tergantung pilihan hidup kita. Inilah
pengendali hawahu itu, jadi datanglah kepada Allah dengan penuh ketundukan, niscaya akan
menemukan ketenangan dan ketentraman. Kita pasti pernah kecewa dengan
seseorang, dengan keadaan atau bahkan dengan diri kita sendiri, namun Allah
tidak pernah meninggalkan kita. Banyak ayat-ayat yang diperlihatkan kepada kita,
yang diperdengarkan kepada kita, baik ayat-ayat yang ada dalam Al Kitab, maupun
tanda-tanda kekuasaan di alam raya ini. Kerinduan untuk terus mendekat kapada
Allah terkadang hanya muncul saat kita sedih, saat kita sedang dalam tekanan,
ketika dalam masalah, namun saat dalam kelimpahan kita lupa dan mungkin
kadang-kadang kita pura-pura lupa. Entah mungkin kita terlalu asyik dengan urusan dunia,
sehingga PetunjukNya pun kita tinggalkan dan hanya menjadi bacaan semata.
Begitukah seharusnya, bukankah Allah menurunkannya untuk dijadikan pedoman disetiap
sudut masalah kita?.
Hanya dengan mengingat-Nya
Saat kita mendapati diri kita pasrah, saat itu kita
merasakan hanya Dia harapan terakhir. Padahal Allah sudah mengulurkan
tangan-Nya untuk kita sejak awal, namun kita tidak mau datang kepada-Nya. Ya, lagi-lagi
keasyikan dunia yang menutupi semua, seolah-olah kita bisa menangani
semua tanpa-Nya. Sadarlah bahwa dengan datang kepada-Nya, baik melalui
shalat, melalui do’a atau melalui firman-Nya kita akan merasa tenang, tentram dan
nyaman. Sebagaimana Allah berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d : 28)
Pesan Ilahi tersebut di atas menerangkan bahwa
orang- orang beriman yang telah sadar/ taubat akan menemukan sebuah ketentraman
saat mengingat Allah. Dzikir yang khusuk, sholat yang khusuk, zakat yang khusuk
(tanpa riya’) akan terasa memuaskan hati dan menyamankan jiwa, itu semua
karena Allah, kita tulus ikhlas melakukannya hanya untuk-Nya. Bukankah kita selalu
berkomitmen saat kita sedang sholat bahwa “sholatku, pengorbananku, hidup
dan matiku “lillahirobbil’ alamin” (untuk Rabb/ Pengatur Alam yakni Allah
SWT). Komitmen kita itupun diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya :
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, pengorbananku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al
An’am : 162)
Saat kita mengucapkannya dengan khusuk “hanya aku
dan Dia”, maka kontak langsung dengan-Nya akan menghadirkan ketenangan,
ketundukan dan kecintaan kita seluruhnya untuk sang Khalik. Hanya dengan
mengingat Allah, jiwa kita akan kembali bersih dan kembali lurus sehingga
ketentraman yang tiada tara bisa kita rasakan. Namun beda manakala kita melakukan shalat
tapi tidak khusuk, kadang ingat Allah, kadang pikiran melayang kemana-mana,
yang ada justru kita ingat kita meletakkan kunci kendaraan di mana, menyimpan uang
di mana dan lain- lain. Usia kita semakin bertambah, marilah kita niatkan untuk
mengingat-Nya dengan khusuk, bukan untuk mendapat ketenangan, namun lebih kearah
pengabdian/ persembahan yang benar dan ikhlas, karena ketenangan otomatis
akan kita dapatkan manakala kita khusuk dan sungguh-sungguh dalam
mengibadati-Nya.
Hanya Aku dan Dia
Romantisme kita dalam mengibadati Allah memiliki
cerita masing-masing, seiring dengan fluktuasi iman kita. Suatu saat kita merasa
butuh untuk dekat kepada-Nya, suatu saat kita membenarkan sikap dengan
mengabaikan pengawasan-Nya. Allahpun dekat jika kita mau dekat, bahkan Allah
lebih mendekat, namun jika kita meninggalkan-Nya, Allahpun tetap mengawasi kita,
menilai kita, menghitung semua sikap kita dengan detail, kemudian memberi balasan
sesuai apa yang kita lakukan, tak ada yang salah dengan perhitungan-Nya. Sebuah
romantisme yang indah manakala seorang manusia mencintai dan dicintai
Allah. Muhammad SAW adalah sosok kekasih Allah yang membuktikannya. Keluhuran
akhlak Rasulullah SAW
dan amanah beliau dalam menjalankan misi
kenabiannya serta prestasi ibadahnya menjadikannya manusia tersukses yang meraih cinta
Allah SWT. Keteladanan beliau menjadikan semua ingin sepertinya, namun tak
mudah meniru perilaku luhur beliau, prestasi ibadah beliau dan rasa cinta
beliau kepada Allah. Kunci dari semua adalah pandai-pandailah memupuk iman, ikuti kata
iman kita, karena di dalam iman kita ada irodah-Nya yang akan selalu mengingatkan
saat kita mulai keluar dari jalur yang benar, menuntun kita pada kebahagiaan. Kita
mulai instrospeksi dari sholat kita, berapa kali kita sholat khusuk, padahal jatah
usia kita semakin berkurang.
“(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatNya.”
(QS. Al Mukminuun : 2)
Mukmin yang beruntung ialah mukmin yang khusuk
dalam sholatnya, itu janji Allah dalam Al Qur’an. Jadi iman kita menjadi
syarat utama kita untuk khusuk, dan khusuk akan datang manakala kesungguhan kita untuk
khusuk itu ada, pun juga penghayatan dalam sholat, tanpa kesungguhan niat
dan penghayatan tidak mungkin kita mendapatkan khusuk. Selanjutnya khusuk inilah
yang akan menenteramkan bathin kita, merefresh jiwa kita sehingga kita akan
senantiasa siap menghadapi tantangan ke depan. Semoga saja romantisme ibadah
saya dengan Allah SWT dan kita semua dengan Allah terus mengalami
peningkatan, demikian juga dengan prestasi amal kita, seiring jatah usia kita yang makin
berkurang hingga kelak kita kembali kepada-Nya dengan ridho-Nya.