Ad (728x90)

Senin, 12 Maret 2012


BELAJAR TEGAR

Orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. (QS. Ali Imran : 16-17)
Tak ada orang yang tidak pernah mendera cobaan, setiap kita pasti mengalami ujian berat, pernah merasa letih dan lelah dengan sederet masalah seiring dengan kualitas iman kita dan kuantitas ilmu kita. Masalah datang tak mengenal apakah kita sedang  sempit atau sedang lapang, sedang siap atau sedang pesimis, dia datang sebagai ujian atau teguran, itu kembali kepada pengertian spiritual kita, mampukah kita mentadaburinya dengan hati yang bersih, mampukah kita melawan amarah kita dengan mengedepankan hikmah. Kita tetap belajar sabar meski berat, kita bersyukur meski sempit, kita belajar ikhlas meski tak rela, kita belajar memahami meski tak sehati, kita belajar mengalah dengan keegoisan dan kita tetap berdo’a kepada-Nya meski Allah belum mengabulkan doa kita. Semua yang telah terjadi adalah pembelajaran, kini kita sedang belajar untuk terus menyempurnakan ikhtiar demi esok yang kita harapkan. Tuhan tak pernah salah membalas setiap perbuatan kita, apakah itu salah atau benar. Tuhan maha teliti, kalau kita sudah berada pada jalur yang benar dan menikmati iman kita, maka tetap teguhlah walau do’a kita belum mendapat respon dari Tuhan, boleh jadi Allah sedang mempersiapkan hadiah besar terhadap kesabaran kita. Seorang yang tetap tegar dengan beragam cobaan yang datang tergambar dari ayat di atas :
1.    Tetap dalam keimanan
Ujian yang datang kepada seorang mukmin akan menyesuaikan kelasnya, makin berkelas imannya maka makin besar pula ujiannya. Namun Allahpun mengukur dengan cermat kemampuan hamba-Nya, Dia menyediakan jawaban terhadap segala persoalan hamba-Nya, tinggal seberapa besar ikhtiarnya. Cobaan bukan makin menyurutkan imannya, namun makin memperteguh cintanya kepada Sang Rabb. Coba cermati pernahkah Anda menerima sebuah perlakuan jahat, entah itu fitnah, ghibah atau apa saja yang menguji, apakah kita balas pula dengan kejahatan?, jika kita benar-benar beriman, maka biarkan saja, Allah maha melihat, Dia yang akan menghitungnya dan memberikan balasannya. Teguhkan saja iman kita dan tegarlah dengan semua yang terjadi, yakinlah semua akan baik-baik saja, selama kita tetap dalam keimanan.

2.    Tetap dalam kesabaran
Kesabaran merupakan senjata ampuh untuk melawan apapun ujian hidup. Kesabaran juga merupakan proses yang terus bergerak dan ketidakputusasaan menggapai asa. Ada sebuah tangga ujian dalam mencapai apapun tujuan kita, hanya dengan kesabaran kita akan melewatinya dengan mulus, karena hakekat sabar adalah sikap gigih, ulet dan pantang menyerah. Jika kita sabar, maka kita pasti akan tetap tegar menatap apa saja hidup ini. Tidak ada kata putus asa bagi orang-orang beriman. Berikut ini pandangan Allah tentang sosok orang yang sabar :
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran : 146)

3.    Tetap dalam ketaatan
Walau godaan hidup makin indah, namun jiwa mukmin tetap taat pada standart wahyu. Ia tetap dalam ketegaran mengamalkan nilai-nilai Ilahiyah, walau terkadang ia harus menerima pil pahit berupa “pengucilan pergaulan”, penilaian oposisi, atau bahkan keanehan dalam memegang prinsip. Tapi ia tetap tegar dengan ketaatannya kepada nilai-nilai Islamiah, karena kenyamanan hidupnya ialah manakala ia tetap teguh dengan prinsipnya. Jadi kita taati saja perintah-Nya, semua akan menjadi pelajaran hidup yang berharga dan Allah akan makin sayang kepada hamba-Nya yang tetap istiqomah menjalani hidup berdasarkan wahyu-Nya.

4.    Tetap dalam kebenaran
Bagi seorang mukmin, kebenaran sumbernya dari Allah. Maka idealisme dan pola pikirnya tidak akan keluar dari kebenaran wahyu Allah. Mempertahankan sebuah “nilai benar” memerlukan ketegaran, karena cobaan akan terus berdatangan untuk membuktikan keabsahan dari nilai kebenaran itu sendiri. Jadi pilihan benar gandeng dengan resikonya, terima saja senyatanya kita menerima hidup ini yang memang banyak keanekaragaman, namun tetap bertoleransi dan menghormati semua perbedaan.

5.    Tetap dalam pengorbanan/ menafkahkan harta pada jalan Allah
Sudah lazim dalam perjuangan ada pengorbanan, berkorban untuk jalan Allah tidak menjadikan kita miskin, bershodaqoh justru menjadikan kita berkah. Yakinlah bahwa di semua harta kita ada haknya orang-orang miskin dan anak yatim. Cobaan datang bertubi- tubi untuk menguji sejauh mana kecintaan kita kepada Allah, masihkah mau peduli, memberi dan berempati terhadap kepentingan jalan Allah, baik itu ketimpangan sosial, kepentingan dakwah atau kepentingan untuk orang banyak. Menikmati harta tidak selamanya memanjakan diri dengan membeli barang-barang mewah, tapi jiwa akan merasa nikmat manakala kita bisa membahagiakan orang lain.
6.    Tetap mengevalusi diri dan tawakal
Memohon ampun kepada Allah, semestinya sudah menyadari sebuah kesalahan/ dosa. Penyadaran kesalahan/ dosa pastilah telah dievalusi benar salahnya berdasarkan nurani dan wahyu Ilahi. Maka dari itu sebelum kita mengucapkan istighfar, marilah kita sadari dan evaluasi sikap- sikap kita sebelumnya agar menemukan makna istighfar sesungguhnya. Tawakal bukan bermakna pasrah diam tak bergerak, namun hatinya tetap menyerahkan semua kepada keputusan Allah, lisannya terus menyebut-Nya dan langkahnya tetap tegar berikhtiar mencari solusi terbaik. Jika Allah belum mengabulkan do’a kita, itu adalah yang terbaik, jika Allah segera mengabulkan do’a kita itupun juga yang terbaik, karena Allah punya rahasia dibalik qodar (ketetapan)-Nya.
Semoga saja kita tetap belajar tegar, untuk memahami makna hidup dan kehidupan dan semoga saja kita tetap yakin bahwa Allah paling tahu apa dan bagaimana kebutuhan kita, sehingga Dia memberikan yang terbaik untuk kita. Berikut ini janji Allah kepada hamba-Nya yang bertawakal kepada-Nya :
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki-)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaaq : ).
Mari tetap dalam keimanan, dalam kesabaran, dalam ketaatan, dalam kebenaran, dalam pengorbanan dan mengevaluasi diri serta bertawakal meraih takdir terbaik dari Allah SWT.

Positif thinking



JUJUR ITU BAIK
 Seseorang pernah bertanya kepada saya tentang aplikasi kejujuran di era sekarang, belum saya menjawabnya iapun mengeluhkan sebuah opini publik bahwa “hidup di zaman sekarang jangan jujur-jujur banget, bisa-bisa gak makan”, ungkap kesalnya. Praktek ketidakjujuran sudah lazim berlaku di lingkungan bangsa ini, justru terkesan aneh manakala jujur. Entah ini pendapat saya atau kenyataan?, yang pasti ada orang-yang nyata-nyata mengaku kepada saya bahwa ketidakjujuran itu dilindungi dan mendapat dukungan. Rasulullah SAW menganjurkan kita selalu jujur, karena jujur membawa kepada kebaikan, sebagaimana sabda beliau berikut ini :

Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Jujur bermakna keselarasan antara yang terucap dengan kenyataannya. Komitmen untuk jujur akan mendapati ujian dan perlawanan, yakni perlawanan bathin untuk dusta. Pada dasarnya dusta adalah mengesampingkan nurani, karena setiap  dusta yang kita lakukan pasti tidak sesuai dengan nurani kita, tidak nyaman, entah kita sadarnya cepat atau dalam jangka waktu yang agak lama, yang pasti ada yang ganjil manakala kita dusta. Keyakinan bahwa jujur membawa kebaikan yang disampaikan Rasulullah SAW berlawanan dengan opini publik yang saya sebutkan di atas yakni “hidup di zaman sekarang jangan jujur-jujur banget, bisa-bisa gak makan”. Sebagai mukmin, apakah kita akan mengikuti anjuran Rasulullah ataukah opini yang sudah menjadi rahasia umum?, itu tergantung iman kita. Bisa saja kita mensamarkan sebuah nilai “jujur” dengan dalih “percepatan”, kepentingan bersama, atau keterpaksaan/kesempitan, itu semua tergantung iman kita, meyakini bahwa jujur membawa kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kenyamanan hati, keberkahan dan kepercayaan. Allah Maha Tahu, mana orang-orang yang memegang teguh wahyu-Nya dan orang-orang yang membiarkan dirinya dalam keraguan. Allah tidak tidur, dia menghitung semua amal kita dengan rapi, kemudian memberikan balasan dengan cara-Nya, ada yang dipercepat ada yang diuji dalam jangka waktu lama, itu hak perogratif-Nya, karena Allah Maha Adil. Jadi yakinlah bahwa jujur itu baik, baik untuk diri kita, untuk keluarga kita dan baik untuk semua. Allah menegaskan dalam firman-Nya:

Wahai orang- orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah meskipun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Jika kita mau merubah sesuatu, awali semua dari jujur, jujur dengan hati kita, maksudnya meninggalkan yang meragukan, jujur dengan ucapan kita, maksudnya, menepati ucapan dan janji dan jujur dengan perbuatan yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin. Semoga penulis dan pembaca Suara Hati tetap  teguh dengan komitmen dengan kejujuran, demi kedamaian dan kebaikan bersama. (Rofiq Abidin)
Positif thinking

Kamis, 08 Maret 2012

hidup kedua


Ini Ceritaku...


Hidup kedua

Baiklah...saya juga mau cerita...ini fakta. Sewaktu aku masih usia belasan tahun, seingat saya masih kelas satu SMP. Saya lagi senang-senangnya melihara burung dara, tahu kan? merpati, saampai mencapai hampir 30 an gitu lah.. Beberapa kali terakhir,merpatiku pada bertelor, namun setelah menetas, eh piyek (anak merpati) selale saja dimakan
oleh kucing, karena terbangnya belum terlatih. Nah pada suatu saat menetas lagi, aku rawat dan aku jaga baik2, aku latih ia terbang dan alhamdulillah ia bisa, betapa senangnya aku saat itu, dia nurut banget sama aku. Namun apa yang terjadi, saat pagi hari, tanggal 27 Ramadhan, saya melatih kembali merpati ini, eh tahu tahu dia terbang ke arah sumur, maka terjatuhlah ia...aku pun kaget...wah merpatinya terjatuh! teriakku...yang saat itu ada adik saya. Kamipun berencana mengambil merpati kecil ini, aku putuskan untuk masuk ke dalam sumur yang kedalamannya sekitar 17 meter, yang emang sumur ini aku ikut menggalinya. Tali timbapun saya pengang dan adik saya menjaga di atas sumur. erlahan-lahan akupun masuk sumur tanpa hambatan, namun sampai bawah lubang tangga sumur untuk membantu turun telah habis, namun dengan sabar akupun bisa turun hingga kakiku mampu engangkat merpeti kecil yang hampir mati ini, kuletakkanlah merpati ini di timba kecil, lalu diangkatlah keatas timba ini bersama merpai kecil oleh adik saya. Namun saya di bawah mau naik kebngungan tanpa alat apapun untuk naik, akhirnya akupun terjatuh "jegurrrrrr", nafasku mulai sesak, sambil memanggil adik saya agar segera menurunkan timbanya, namun adik saya panik dan meninggalkan saya, memanggil bapak. Akhirnya diatas kulihat sayu-sayu "tampak keramaian", Bapak saya mau ikut turun enyelamatkan aku, namun ibu pun melarang untuk turun. Karena kehabisan nafas dan sesak sekali rasanya aku asarah dan berucap "Ashadu an lailaha Illallah waashadu anna muhammadarosuullah, Ya Allah ampuni segala osaku, Ibu, bapak, adik-adikku dan semuanya maafkan segala salahku", ucapku lirih...namun tiba-tiba apala saya kejatuhan timba "cethok",saya pun kaget...dan mendengar teriakan "pegang kuat tali timba itu", maka ku pengang..dan aku diangkat dengan sangat cepat samapai tanganku terjepit poros yang igunakan untuk menaik turukan timba. Alhamdulilah saya selamat..namun anehnya saya merasa tidak minum air dan akupun melanjutkan puasa...semoga bermanfaat..

goo hidup


mimpi

GOAL HIDUP KITA
Oleh: Rofiq Abidin Katakanlah: sesungguhnya shalatku, pengorbananku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). "(Al An'am: 162,163) Uforia bola kembali menarik perhatian insan sejagad, semua mata tersorot kesana. Pagelaran empat tahunan word cup yang digelar di Afrika Selatan memberi makna tersendiri bagi para "gibol" (gila bola), fans-fans berat benrdandan dengan gila-gilaan demi tim dan pemain kesayangannya. Para pemain berunjuk gigi memperlihatkan kemampuannya demi menunjukkan rasa cintanya kepada negaranya. Apa hikmah dari beragam aksi nyata yang diperankan mereka (supporter dan pemain) yang bisa kita petik? Coba sejenak kita hayati bahwa sesungguhnya dibalik segala perbuatan dan tindakan kita ada dorongan yang kuat untuk memuaskan bathin kita. Ada sebuah goal yang kita capai dalam hidup kita, dan akan kita persembahkan untuk siapa / apa goal itu. Jika kita berbuat / bekerja dengan cinta, kita tidak akan merasakan beban, walau seberat apapun pekerjaan / tugas kita. Kita menikmati pekerjaan kita, kita akan senantiasa merayakan setiap kemenangan-kemenangan kecil kita untuk menjaga tren kemenangan / kesuksesan selanjutnya, kita akan tetap optimis menuju kemenangan besar. Segala amaliyah kita, baik itu sholat kita, pengorbanan kita, hidup kita dan mati kitapun mengikuti kehendak Allah SWT, Rabb segenap alam semesta. Rasa cinta yang mendalam kepada Rabb (Agenda) Allah SWT akan terus membimbing kita dalam setiap langkah hidup kita, sehingga kita menemukan kepuasan dan kesejukan yang begitu menyamankan bathin kita, seolah olah kita telah meng-goal-kan bola tujuan kita ke gawang tujuan akhir kita. Menetapkan Goal Hidup Sesuatu yang kita cita-citakan tidak bisa datang begitu saja, perlu sebuah proses, sebagai bentuk tawakal kita kepada Allah. Nah sebelum kita memprosesnya, marilah kita menetapkan goal-goal hidup kita dengan sejelas-jelasnya, berapa estimasi waktunya, sebagai acuan proses yang akan kita kerjakan. Kenapa perlu kejelasan, karena kejelasan adalah sebuah kekuatan yang akan membimbing prosesnya demi tercapainya keinginan kita. Allah mengajak kita untuk mempersiapkan masa depan kita melalui firmanNya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18) Pesan Ilahi tersebut di atas, memberikan seruan untuk mukmin untuk senantiasa bertaqwa dan berbuat untuk meraih masa depannya. Untuk menetapkan goal hidup kita memang perlu kejelasan untuk meraihnya. Ada tiga hal yang diajarkan Allah untuk menumbuhkan sikap afirmatif. Pertama adalah Keimanan yang mendalam, sebagai landasan untuk membentuk optimisme yang kuat dengan apa yang dikehendakinya, karena dari optimesme inilah seseorang akan memulai dan memproses kehendaknya. Selanjutnya ketaqwaan adalah kunci meraih kinerja puncak (derajad tertinggi) disisi Allah dan dihadapan manusia, kedisiplinanlah praktek dari ketaqwaan ini, kita disiplin dengan aturan-aturan Ilahiyah yang telah kita sadari sebagai alat kontrol progres pencapaian prestasi kita. Berikutnya action / perbuatan merupakan wujud ikhtiar kita untuk mencapai goal-goal hidup kita, secara kreatif melakukan trobosan-trobosan sehingga mencapai goal indah yang akan menjadi tauladan bagi generasi selanjutnya, bukan sekedar yakin tapi tindakan yang dipersiapkan dan diterapkan dengan penuh kedisiplinan. Maka pijakan dari penetapan goal kita perlu memperhatikan tiga hal tersebut, dengan memperhitungkan keyakinan, kedisiplinan dan action yang telah kita lakukan niscahya Allah akan membimbing prestasi yang kita tetapkan. Merayakan Goal Hidup live celebration (perayaan kehidupan) itulah yang akan dapat menjaga tren kesuksesan kita, trend positif dan kelimpahan dalam kehidupan kita. Kita mengawalinya dengan mensyukuri segala kemampuan , keahlian dan karunia Allah apapun yang diberikan kepada kita, menikmati udara dan menatap hari dengan penuh senyuman. Adalah awal yang sangat baik jika setiap hari kita dapat memulainya dengan rasa syukur itu, kita menyambut anak kita dengan nuansa bahagia dan menyambut sekitarnya dengan penuh live celebration . Sehingga alam ini akan merespon getaran positif yang kita ekspresikan dengan goal-goal kemenangan dan kelimpahan. Coba sejenak kita hayati bagaimana pesan Allah berikut ini: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan (QS. Al Hajj: 77) Goal-goal kemenangan yang kita dapatkan merupakan hasil alamiah kita karena ikhtiar kita telah dievaluasi oleh Allah sehingga kita cepat mendapatknnya. Apapun kemenangan kecil rasakanlah, jangan meremehkannya, rayakanlah dengan penuh rasa syukur. Bentuk syukur yang diajarkan dalam Al Qur'an surat Al Kautsar: 2, yakni sholat dan berqurban merupakan ekspresi nyata untuk dapat terus melanjutkan kemenangan-kemenangan selanjutnya. Dalam setiap sujud dan ruku 'kita kepada Allah saat melakukan sholat secara khusuk, jiwa kita akan kontak langsung dengan Allah Dzat yang maha halus, ekspresi syukur kita akan terasa dalam, kita akan merasakan relaksasi yang menyamankan jiwa dan fresh kembali setelah kita jemu dengan keruwetan dunia. Kita akan kembali segar menambah goal-goal kemenagan, itulah sholat sebuah terapy jiwa yang luar biasa jika kita benar-benar melakukannya dengan khusuk, bentuk live celebation yang diajarkan dalam islam, karena didalam goal-goal kemenangan yang kita raih ada faktor X, yakni tolong Allah sehingga fasilitas dan kelimpahan senantiasa kita dapatkan. Selanjutnya berkurban merupakan bentuk syukur yang dapat memuaskan jiwa, karena berkurban yang didasari kesadaran adalah pengejawentahan empati sosial yang penuh keikhlasan. Live celebration yang dilakukan dengan berkurban ini, akan menarik secara berlipat dari pada apa yang telah kita qurbankan, sehingga keberkahan terus berdatangan. Karena pada hakekatnya kelimpahan adalah bukan apa yang kita miliki, tetapi apa yang kita dapatkan. Maksudnya hadirnya kelimpahan adalah datang bukan kita cari, sebagaimana kekhusukan dalam sholat sesungguhnya bukanlah sesuatu yang kita ciptakan namun sesuatu yang datang, karena keasyikan jiwa kita yang telah kontak langsung dengan Allah, Rabb semesta alam. Dengan senantiasa menjaga jiwa untuk terus kontak dengan Sang Pencipta, kita akan terus terbimbing di jalanNya. Goal-goal kemenangan bukanlah sesuatu yang ujuk-ujuk, namun dihadiahkan oleh Allah kepada kita pada keyakinan, ketaqwaan dan amal kita. Yakinlah dengan kemampuan yang kita miliki, karena kemampuan kita adalah anugerah yang telah dipersiapkan oleh Allah untuk mengelola beragam persoalan yang datang kepada kita, kemampuan kita ini merupakan ukuran yang mewadahi cita-cita kita, maka kemampuan kita bukan untuk didiamkan tapi ayo kita bangun demi kebahagiaan sejati yang kita harapkan. Baik kebahagiaan di dunia maupun nanti kembalinya jiwa kita kepada Allah dengan membawa pundi-pundi goal kebaikan yang mendampingi dan membahagiakan kita di akhirat. 

Berquban


Berqurban

MENCAPAI PUNCAK 
KESADARAN berqurban 
Oleh: Rofiq Abidin 
Secara simbolik qurban adalah merupakan penyembelihan hewan ternak (kambing, sapi / kerbau, unta) dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Qurban ini merupakan ritual estafeta yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim AS sebagai perwujudan ketaatan total kepada sang khalik Allah SWT. Hasil Ibrahim AS untuk melaksanakan syariat Qurban dengan melakukan penyembelihan kepada Ismail anaknya yang kemudian diganti domba oleh Allah adalah keputusan berani yang dilandasi oleh keyakinan dan kepatuhan serta kecintaan kepadaNya. Karena pengamalan syariat qurban tersebut menyiratkan refleksi mendalam yang menghasilkan independensi tafkir dan aqidah hingga mencapai puncak kesadaran berqurban. Mempersembahkan persembahan kepada Tuhan adalah keyakinan yang dikenal manusia sejak lama. Tradisi keagamaan dalam sejarah peradapan manusia yang beragam mengenal persembahan kepada Tuhan, baik berupa penyembelihan hewan maupun manusia. Mungkin kisah nabi Ibrahim yang diperintahkan menyembelih anaknya adalah salah satu tradisi tersebut. Persembahan suci dengan menyembelih manusia juga dikenal peradaban Arab sebelum Muhammad lahir. Disebutkan dalam sejarah bahwa Abdul Muththalib Bin Hasyim, kakek Rasululluah, pernah bernadzar jika ia dikaruniai karunia 10 anak laki-laki maka akan menyembelih salah satu putranya disisi ka'bah sebagai qurban.ketika putranya telah genap sepuluh dan menginjak baligh, maka jatuhlah dinilai kepada Abdullah, ayah Rasulullah. Mendengar itu kaum Quraish berusaha melarangnya agar tidak diikuti generasi setelah mereka, akhirnya Abdul Mutalib sepakat untuk menebusnya dengan 100 ekor onta. Kisah Ibrahim AS dan Abdul Muththalib terdapat sebuah hikmah tentang "kesadaran berqurban" sehingga dapat mencapai hasil berani yang dilandasi keyakinan, kepatuhan dan kecintaan kepada Allah SWT. Munculnya expresi tauhid tersebut adalah dipicu dari rasa syukur mendalam kepada Allah SWT. Kesadaran mendasar Untuk Berqurban Bangkitnya kesadaran berqurban akan dimulakan dari rasa syukur yang tinggi atas segala karunia Allah yang diberikan selama hidupnya. Karena sesungguhnya nikmat Allah SWT tak akan dapat dihitung, mari kita cermati pesan Ilahi dalam surat Al Kautsar 1-3:1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. 2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah 3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus Setidaknya ada tiga nikmat utama yang harus kita syukuri, pertama adalah nikmat hidup, kita tidak pernah bercita - cita untuk hidup karena sesungguhnya menghendaki hidup adalah Allah sang maha pencipta. Kedua nikmat kemerdekaan berpikir, sebagai sesuatu kelebihan dari makhuk apapun yang diciptakan Allah, sehingga dengan akal kita dapat secara merdeka menentukan pilihan jalan hidup yang sekaligus dapat mengetahui resiko logis dari pilihan jalan tersebut. Ketiga, nikmat hidayah iman, menjadi sesuatu yang berharga untuk mengendalikan pikiran dan sikap sehingga dapat menentukan keselamatan hidup baik dunia maupun akhirat. Tiga nikmat utama ini telah menjadi alasan utama bagi manusia untuk mensyukuri nikmat Allah disamping nikmat - nikmat Allah yang lain yang tak bisa dihitung. Perasaan syukur yang telah bersemayam dalam dada, semestinya diekspresikan dalam wujud syukur riil yakni sholat dan berqurban, itulah bentuk syukur nyata yang telah dijelaskan sebagai bentuk perintah. Bersyukurlah kita dengan segala kesempurnaan hidup yang telah kita miliki dengan wujud syukur yang riil diantaranya dengan berqurban untuk kemaslakhatan umat manusia. Refleksi Kesadaran Bersyukur Kepekaan muslim terhadap lingkungan sekitar akan melantari kesadaran untuk selalu mensyukuri apa - apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Pelatihan dan pembelajaran sebenarnya telah disediakan dilingkungan kita, baik ketimpangan - ketimpangan adannya gelandangan, pengangguran, saudara sakit yang berkepanjangan dan apapun keadaan kemanusiaan yang lebih sengsara dari kita. Semua yang terjadi telah ditentukan rumusnya oleh Allah yang maha berkehendak. Maka kondisi kita hari ini adalah kehendak Allah yang harus disyukuri walau mungkin ada yang terasa berat kita rasakan, namun janganlah merasa paling sengsara karena akan dapat menciptakan dinding untuk mensyukuri nimat Allah. mari kita renungkan pesan Ilahi berikut ini: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al - An'am: 44). Terkadang seseorang diberi peringatan oleh Allah tidak nyambung, maksudnya tidak ada kepekaan bahwa peringatan yang terjadi itu seolah - olah tidak ada korelasinya dengan perbuatan dosanya. Maka orang yang seperti ini justru akan dibukakan pintu - pintu kesenangan, sehingga ketika ia telah merasa sukses, dan girang dengan kesuksesannya lantaran meninggalkan perintah Allah, maka Allah memberikan siksa dengan sekonyong - konyong (hasil akumulasi dosa yang telah diperbuatnya). Maka ketika itu mereka akan terdiam dan putus asa (terpasung, tidak bisa berbuat apa - apa). Pesan Ilahi ini memberikan hikmah agar kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita, sebelum datangnya peringatan Allah yang berwujud tegoran bahkan siksa maka segeralah kita sadar untuk mensyukuri nikmatNya dengan wujud syukur riil, bukan hanya secara verbal semata. Mencapai Puncak Kesadaran Berqurban Tingkat kesadaran seseorang untuk berqurban tergantung kepekaan dan empati terhadap lingkungan sekitar. Islam memasukkan dua nilai penting dalam ibadah qurban ini, yaitu nilai historis berupa mengabadikan kejadian penggantian qurban nabi Ibrahim dengan seekor domba dan nilai kemanusiaan berupa pemberian makan dan membantu fakir miskin pada saat hari raya qurban. Adapun untuk mencapai puncak kesadaran berqurban sebagaimana yang pernah dipraktekkan Ibrahim AS dan Abdul Muththalib bin Hasyim atau Aktion syukur yang lain yang pernah diamalkan untuk kemaslakhatan manusia dibutuhkan refleksi secara bertahap. Mari kita refleksi jiwa taqwa kita dengan beberapa hal di bawah ini:1. Melatih Empati dan Kepedulian Terhadap Sesama dan Lingkungan Pada setiap ketimpangan sosial yang terjadi memberikan ujian kepekaan nurani bagi kita, sejauh mana jangkauan perasaan kita untuk mengulurkan tangan, melakukan sesuatu kebaikan atau hanya bisa ngersulo tanpa tindaan apa - apa. Maka ujilah empati dan kepedulian kita terhadap ketimpangan - ketimpangan sosial yang terjadi didepan kita dengan amal nyata untuk menggugah kesadaran berqorban. 2. Menggugah Jiwa Itsar Mendahulukan kepentingan orang lain (Jalan Allah) walaupun dirinya sedang membutuhkan adalah merupakan aksentuasi soaial dan pengertian dari itsar. Sikap itsar ini pernah dipraktekkan oleh kaum anshar kepada kaum muhajirin ketika baru saja melakukan hijrah dari Makkah ke Jasrib, mereka memberikan rumahnya dan membagi harta bendanya serta menawarkan diri untuk menjadi saudara. Fenomena sosial yang terjadi memberikan kita kesempatan untuk melatih jiwa itsar kita sedekat apa perasaan kita terhadap kejadian - kejadian alam dan sekitarnya. Peduli untuk berbagi adalah merupakan praktek qurban secara kontektual. 3.Membunuh Jiwa kehewanan Berqorban secara kontekstual dengan membunuh sifat - sifat kehewanan diantaranya: Hubud dunya (terlalu cinta terhadap kebendaan) egois, berbuat semaunya (melanggar hukum dan norma - norma), takabur, free sex, membunuh sesama (kejahatan kemanusiaan), serakah dan lain - lain yang menimbulkan kerusakan. Dengan membunuh sifat - sifat kehewanan maka kita akan mudah tersentuh untuk mensyukuri nikmatNya dalam wujud riil yakni pengabdian / Ibadah sholat sebagai komunikasi langsung dengan Allah dan Berqurban untuk mendekatkan siri kepadaNya dan kesejahteraan umat. 4.Pembuktian keyakinan, ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT Setiap perintah Allah mesti kita yakini sebagai hal positif, tidak ada satupun perintah Allah yang termaktub dalam Al qur'an adalah negatif dan tidak ada keraguan didalamnya. Mari kita renungkan syari'at Qurban berikut ini: dan untuk tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (QS. Al Hajj: 34) Ayat diatas secara tegas telah mensyari'atkan kurban untuk tiap - tiap individu umat sebagai wujud ketaatan total / kepatuhan kepada Allah yang telah menciptakannya . Seseorang yang telah mencapai kesadaran total untuk mentaati segala keputusan Allah mealui wahyunya. Allah itu maha baik maka segala perintahnya bernilai dan pasti berdampak baik, sebagai hamba dan ciptaanNya sudah semestinya menta'ati segala RubbubiyahNya (aturan) yang telah ditetapkan untuk kemaslakhatan dan keselamatan baik di dunia dan di akhirat. Seorang mukmin akan mengimani / meyakini secara penuh bahwa perintah Allah selalu benar, termasuk qurban juga sebagai bentuk pembenaran dan pembuktian keyakinan tentang Allah dan syariatNya. Berbagai keindahan dunia akan senantiasa menguji mukmin, baik harta, anak atau kemewahan yang menjanjikan kepuasan adalah merupakan sesuatu yang bisa diraih dan memang kebahagiaan adalah obsesi setiap manusia. Namun segala keduniaan tak boleh membutakan kita untuk mengabdi kepadaNya, karena dibalik itu akan menguji kecintaan terhadap Allah SWT. Maksimalitas upaya untuk membuktikan keyakinan, ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT akan mengakselerasi pemahaman dan sikap mukmin untuk mencapai puncak kesadaran berqurban. Karena didalamnya akan menyiratkan semangat yang menggelora untuk merenungi nikmat Allah yang tiada tara yang dibarengi rasa syukur kepada Allah SWT. Segala sifat dan karakter hewaniah baik yang berbentuk merusak atau pelanggaran terhadap norma - norma yang berlaku akan bisa kita lenyapkan dengan kesadaran untuk mengejawentahkan qurban dalam kehidupan baik secara simbolik maupun secara kontekstual. Sebagai pembuktian keyakinan, ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT yang maha baik dan benar. 

budaya


kontra budaya positif

MEMULAI PERADABAN
DENGAN KONTRA BUDAYA POSITIF Oleh: Rofiq Abidin 1. demi waktu. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Perjalanan sejarah manusia tak akan lepas dari peradaban yang senantiasa bergulir dinamis, sains dan teknologi nyaris terus bergerak maju tanpa mengenal batas - batas teritorial dan bahkan ideialisme sampai kepenjuru belahan dunia. Teknologi informasi menjadi titik tolak progresifitas perubahan peradaban yang kian dinamis dan signifikan terutama tiga bidang yang paling dominan yakni mikrochip, komputer dan satelit. Lantas siapakah yang menguasai teknologi saat ini? menurut UNESCO (dalam Science, Technology and Developing Countries) bahwa Amerika Serikat menumbuhkan dan hampir menggenggam hampir sepertiga dari seluruh riset dan pengembangannya, sepertiga lagi dikembangkan oleh Eropa barat dan Jepang dan hampir sepertiga lagi oleh Rusia.Bagaimana dengan negara muslim? Belum ada satu negara muslim pun yang dijadikan kiblat bidang iptek karena porsi kepemilikan risetnya hanya sekitar tiga persen dari seluruh riset yang dikembangkan didunia ini. Mungkin baru Iran dan Pakistan yang telah memulai mendalami bidang iptek tingkat tinggi yakni teknologi nuklir namun menemukan jalan yang terjal dengan segala kontraversinya. Zaman seaakan memberi sinyal kepada kita untuk bersiap dan bersikap tersedia mengahadapi seleksi global, siapa yang akan berhasil dengan berbagai kemajuan peradaban dan siapa yang akan menjadi penonton atau bahkan menjadi pecundang karena batasan - batasan kepahaman yang seakan menjadi dinding tebal untuk menguasai bidang teknologi informasi. Ajaran Islam yang begitu komprehensif dan fleksible sangatlah mendorong perihal teknologi Informasi namun tinggal bagaimana pelaku yakni umat islam sendiri, jangan sampai hanya bisa membangga - banggakan sesuatu prestasi peradaban yang pernah diraih pada masa keemasan khilafah dinasti Abasiyah namun mesti memulai bergerak membangun peradaban maju dan menatap terbuka terhadap berbagai peningkatan science dan teknologi sehiinga muncul kontra budaya positif walaupun dengan berbagai kontraproduktif. Karena jika tidak demikian umat islam akan sulit bergaul dan menempatkan Din (agama) dan dirinya dalam tataran internasional. Kesempatan yang diberikan Allah kepada manusia adalah merupakan anugerah yang sangat berharga karena, masa lalu adalah hikmah yang harus diefaluasi untuk perbaikan dan perubahan yang lebih baik, masa kini adalah relitas fakta yang senantiasa menguji kita untuk menjawab secara bijak persoalan - persoalan yang berdatangan, masa depan adalah mimpi yang harus diraih dengan Etape - Etape logis dan tawakal serta kesabaran yang tinggi. Dalam surat Al Ashr: 1-3 Allah bersumpah dengan masa / waktu yang menjadi instrument pokok pencapaian amaliah dan sebuah peradaban, jika manusia mengerti masa peradaban yang sedang dialami maka ia tidak akan merugi, karena ia telah memiliki pertama, kekuatan iman / optimis terhadap masa yang akan dihadapi, kedua memanfaatkan masa / waktu dengan amalan produktif, kerja keras, ketiga selalu berusaha lurus terhadap kebenaran dan keempat memiliki kesabaran tinggi yakni gigih, ulet dan pantang menyerah. Akomoditif Islam Terhadap Peradaban dan Budaya Ajaran Islam yang universal, komprehensif dan fleksible menjadi motiv (alasan) utama membengun dan mengembangkan budaya, namun sifat akomoditif islam tidak begitu saja menerima sebuah kebudayaan, mengingat setiap agama memiliki zona teologis (aqidah) yang tidak bisa dipaksakan secara doktrinal. Dalam ajaran islam "kalimat syahadat" menjadi poros semangat untuk beribadah, area ini tidak bisa di rubah bahkan digeser sedikitpun, begitupun dengan agama / keyakinan lain tidak ada yang berkenen dengan pemaksaan pemahaman. Pluralisme menjadi relitas taqdir dari Tuhan untuk diharapkan mengambil hikmah dan mencari jawaban atas segala keberagaman. Ajaran toleransi merupakan suatu jembatan indah dari dua atau bahkan lebih dari beragam pemahaman, keyakinan, perbedaan pendapat atau idealisme yang dapat berfungsi secara mutual simbiosis (saling bermanfaat) bagi kedua belah pihak. Perbedaan tak semestinya disikapi dengan kekerasan atau kekakuan pemahaman serta doktirn taklid terhadap suatu hal yang dapat memetikan kreatifitas dan potensi umat islam sehingga terpasung dan terkungkung dalam penjara mental pemahaman yang setengah - setengah. Membuka pandangan baru secara wahyuniah yang kemudian dilanjutkan dengan implementasi budaya positif akan terasa kontradiktif dengan lingkungan, namun itu adalah awal baik yang seharusnya dimulai untuk membangun peradaban maju. Karena Allah sangat menganjuran kepada manusia untuk melakukan penguasaan ilmu sebagai kunci kesuksesan menjadi kholifah fil Ardh ​​sebagaimana dalam firmannya surat Al Baqoroh: 31-33 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [35]." 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Pesan Ilahi tersebut di atas memberikan pengajaran kepada kita bahwa kita harus mengusai apapun yang diajarkan kepada kita, sekali lagi penguasaan ilmu pengetahuan adalah merupakan kuci jawaban sebagai kholifah filardh. Sehingga dapat meyakinkan kepada siapa saja bahwa umat islam memiliki kepampuan dan potensi untuk turut serta membangun dan mengelola bumi ini. Kemudian terlihat pula dari ayat pertama yang turun kepada Rosulullah SAW yakni surat Al Alaq 1-5, ayat tersebut menyentuh masalah yang paling essensial dari potensi manusia, yaitu akal dan bathin (fikir dan dzikir), juga disebutkan perangkatnya yakni iqra '(baca, riset , teliti), allama (mengajarkan / tranfer ilmu) dan qalam (alat tulis / alat penyimpan data / memori). Sikap Umat Islam Terhadap Kemaujan Peradaban Umat islam yang benar - benar mengamalkan ajarannya akan sangat inklusif terhadap kemajuan peradaban, disamping itu juga dengan ajaran tasamuh (toleransi) akan mudah bergaul dan bekerjasama dengan semua komponen bangsa yang sehati dan mementingkan kerukunan dan kemajuan bersama. Dengan adanya kemaujuan peradaban yang ditandai dengan derasnya penguasaan sains dan teknologi maka secara garis besar sikap umat islam akan terbagi tiga kelompok: 1. Sikap Distopistik, yakni orang yang lari dari kenyataan, apatis, pesimis menghadapi tantangan zaman, sangat eksklusif terhadap kemajuan bahkan cenderung mengaharamkan iptek. 2. Sikap Utopistik, yakni orang yang memiliki optimisme yang berlebihan, namun memandang persoalan secara parsial, ia berkeyakinan hanya dengan kemoderenan yang bisa menyelesaikan masalah, namun sikapnya cenderung sekuler. 3.Sikap Moderat, yakni orang yang mampu melihat persoalan secara utuh dan komprehensip, sikapnya sangat terbuka terhadap kemajuan iptek (modernitas) tetapi tetap mematuhi nilai - nilai Ilahiah (ketauhidan) Beberapa sikap di atas akan memberikan wacana kepada kita, sejauh mana peranan kita menyikapi sebuah kemajuan peradaban, sudahkan kita memulainya atau bahkan kita akan mengharamkannya dengan adanya kekakuan pemahaman atau kita telah mendewakan teknologi sampai lupa terhadap nilai - nilai ketuhanan. Maka dari itu jika kita masih menonton maka bersegeralah memulai kontra budaya positif yang akan segera mengangkat harkat umat islam dan memang telah menjadi ajaran dan ajakan dari Allah SWT untuk mnguasainya segala disiplin ilmu, sebagaimana diajarkan kepada nabi Adam sebagai kunci kesuksesan khalifah fil ardh. Allah juga telah memberikan pengajaran bahwa setiap urusan kebaikan akan ada pro dan kontra (suka dan benci), orang yang kontradiksi terhadap kita hanyalah orang - orang yang belum nyambung, ada yang terputus dari pemahaman tentang urusan baik yang kita lakukan. Sebagaimana dalam firmanNya:                              Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (Al Kautsar: 3)dalam mengawali sesuatu bersegeralah memiliki artikel - artikel positif yang berani mengubah diri kita lebih baik, kemudian mengamalkannya dan mensikapi secara progersif dan kreatif sehingga akan lebih nyaman dan menemukan ketenangan serta kepuasan bathin dalam beribadah kepada Allah. Meskipun sikap baik itu terasa kontradiktif terhadap lingkungan sekitar, yang terpenting kita tidak keluar dan diluar dari pada kepentingan agama Allah, agama islam dan ridho Allah SWT. (Rovich Abidin) 

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism