Ad (728x90)

Jumat, 15 Juli 2011

Filled Under:

Taqwa


Semulia-mulianya manusia
Oleh : Rofiq Abidin


 Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa (QS al-Hujurat [49]: 13).

Kita tahu bahwa derajad taqwa adalah yang paling tinggi dihadapan Allah, meraihnya adalah hak segenap manusia. Derajat ini bukan hanya haknya ustadz, kiayi ataupun para tokoh masyarakat, namun setiap kita berhak meraihnya. Jangan hanya malu dengan keadaan sekarang, namun kita harus malu jika kita hanya merasa dan kita tidak merubahnya. Mari kita rasakan, betapa dosa kita tak bisa di undo, yang bisa kita bertaubat dan tidak mengulanginya. Jika kita mau lurus dengan kebaikan itu adalah bagian dari taqwa. Kita takut melakukan dosa itu adalah jiwa taqwa yang berbisik, kita senang melakukan kebaikan itu jiwa takwa yang bicara.
Hakikat Takwa
Takwa berasal dari kata waqâ-yaqî-waqyan, yang dalam bahasa Arab diubah menjadi taqwa untuk membedakan antara isim dan sifat, yang meliputi makna: menjaga, menjauhi, takut dan berhati-hati. Ada dua perasaan seseorang yang mendasari seseorang bertaqwa (melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan/kedzaliman) :
1.      Kecintaan kepada Allah
Jika kita menunaikan syari’at (perintah Allah) karena dilandasi rasa cinta kepada Allah, bermakna kita telah mengantarkan diri kita kepada kemulyaan dihadapan Allah, jika kita meninggalkan larangan Allah karena rasa cinta kepada Allah pun juga akan mendapat kemulyaan disisiNya. Seseorang yang bertaqwa akan senantiasa mendasarkan perbuatannya berdasarkan keridhoan Allah, apakah Allah ridho atau tidak. Seseorang yang sedang jatuh cinta biasanya selalu curhat apa saja yang dirasakannya, minta saran dan atau sekedar mencurahkan perasaanya, apakah menurutnya perbuatannya benar dan bijak baginya. Itu karena cinta, sehingga ia selalu mulia baginya. Begitupun jika kita cinta kepada Allah, kita akan senantiasa mendasarkan perbuatan atas keridhoanNya.
2.      Rasa takut kepada Allah
Perasaan takut untuk melakukan perbuatan dosa juga ekspresi taqwa kita, Allah yang maha perkasa dan maha berkehendak kuasa melakukan apa saja kepada kita dan jagad seisinya. Perasaan kehadiran Allah dalam setiap aktifitas kita akan membimbing jiwa taqwa kita, jadi marilah kita ikuti kata hati untuk meninggalkan perbuatan buruk, mulai dari niat, perbuatan bahkan sampai kecanduan. Jangan kita ikuti hawa nafsu, tapi ikutilah jiwa taqwa kita, karena dengan konsistensi kita, maka kita akan mulia di hadapanNya.

Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, takwa kepada Allah itu bukan dengan terus-menerus shaum di siang hari, shalat di malam hari atau sering melakukan kedua-duanya; takwa kepada Allah tidak lain adalah dengan meninggalkan apa saja yang Allah haramkan dan menunaikan apa saja yang Allah wajibkan. Siapa yang melakukan kebaikan setelah itu, itu adalah tambahan kebaikan di atas kebaikan. Jadi jika kita mau melakukan perbuatan karena cinta, maka mulia dihadapanNya dan jika kita meninggalkan perbuatan dosa karena takut kepadaNya itupun juga mulia. Marilah terus berlomba-lomba menjadi semulia-mulianya manusia.

Rofiq Abidin

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism