Ad (728x90)

Selasa, 21 Februari 2012

Filled Under:


Terimakasih Ibu
oleh : Rofiq Abidin

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang orang tua (ibu-bapaknya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang (ibu-bapakmu), hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman : 14)

Tangisan pertama memecah suasana disambut senyum sang ibu, bapak dan keluarga yang ikut menyambut kehadiran kita di dunia. Sentuhan pertama tangan sang ibu yang penuh kasih menyamankan bathin kita, menenangkan tangis kita. Dalam ajaran Islam seorang ibu mendapat tempat penghormatan pertama karena peran kodratinya yang begitu penting bagi kelangsungan hidup sang anak. Baik peran sebelum lahir, yang dengan susah payah mengandung, memperhatikan asupan gizi maupun asupan yang bersifat ruhiyah untuk kelangsungan masa depannya. Begitupun peran setelah lahir, mulai dari peran tumbuh kembang fisiknya, kecerdasannya maupun peran edukatif lainnya. Ibulah yang senantiasa peka dengan bahasa kita, saat kita sedih maupun saat sedang gembira. Ibulah yang selalu tahu perasaan kita, saat sedang bermasalah, dalam kesulitan maupun sedang emosional, dengan senyum dan nasehatnya iapun menenangkan kita, memberi rasa damai dan optimisme menyambut tantangan dengan penuh rasa sabar. Dan tentunya ibu yang tidak pernah jijik membersihkan kotoran kita siang dan malam. Seorang bapak yang memiliki dua peran penting yakni sebagai seorang imam bagi keluarga dan pencari nafkah tetaplah memerlukan figur ibu yang menjalankan kebijakan sang ayah dan mengatur keuangan keluarga. Ada beberapa peran seorang ibu bagi anak- anaknya yang perlu kita pahami diantaranya sebagai berikut :

1.       Tumbuh kembang fisik dan psikis
Kasih sayang yang diwujudkan ibu dalam bentuk perhatian dan empati, sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, baik perkembangan fisik maupun mental psikisnya, dengan selalu menjaga diri saat mengandung, selanjutnya mengawasi perkembangan janin sampai melahirkan dengan mengorbankan jiwa raganya. Ibu tidak pernah merasa lelah untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya, mulai dari keinginan makanan, mainan dan lain-lain, demi kebahagiaan anak seorang ibu melakukan apapun. Asupan gizi benar-benar akan diperhatikan demi sang anak, walau terkadang harus mengalah dengan kenakalan anaknya sendiri. Empatinya dalam setiap gerak-gerik anak, menjadikan ia makin paham mana perilaku yang harus dilakukan dan mana perilaku yang harus ditinggalkan.

2.       Peran edukatif
Sejak usia dini ibu begitu sabar mengajarkan apa saja yang belum kita tahu, mulai dari mengucapkan kata ayah/ abi/ bapak/ papa, merangkak, berjalan, belajar menulis, sampai kepada hal-hal baru yang belum kita pahami. Rasa keingintahuan anak justru memicu sang ibu untuk terus memerankan dirinya sebagai guru pertama dalam hidup sang anak. Walaupun anak sering bertanya banyak hal di saat-saat ibu sibuk, tapi justru itu kelucuan anak, sehingga ibu menjawab dengan penuh rasa sabar. Ibu memberikan pendidikan sepanjang hayat kepada anaknya dengan sepenuh hati, karena orang tua pasti senang manakala generasinya lebih baik dari dirinya. Allahpun juga telah mengingatkan kepada orang tua (bapak-ibu) agar tidak meninggalkan anak/ keturunan/ generasi yang lemah, baik lemah fisik, mental, intelektual maupun lemah iman. Namun kewajiban orang tua ialah mempersiapkan dengan mendidik anak menjadi anak yang kuat, kuat iman, kuat mental, kuat intelektual dan kuat fisik (sehat). Berikut ini firman Allah yang menganjurkan kepada para orang tua untuk mempersiapkan anaknya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. An Nisa’ : 9)

3.       Peran Aktualisasi
Dalam pengembangan diri seorang ibu tahu apa yang harus diberikan kepada anak, ketrampilan apa yang pas dan dapat dikuasai secara cepat dan bermanfaat. Dengan memahami bahasa qolbu si anak, ibu lebih peka ketimbang bapak, sehingga ibu selalu menjadi rujukan untuk memfasilitasi anak dalam mengembangkan potensinya. Kecermatan itu bukan tanpa alasan, karena biasanya anak lebih suka minta sesuatu kepada ibu daripada kepada bapak, itu karena ibulah yang bertugas mengatur keuangan rumah tangga. Untuk lebih mengaktualisasikan dirinya ibu selalu mengerti apa dan bagaimana langkah yang harus dipilih untuk si anak.

4.       Perkembangan mental
Dengan menjaga, mengawasi dan memfasilitasi si anak demi perkembangan mentalitasnya, ibu lebih hati- hati. Bekal iman yang ditanamkan kepada anak akan menjadi pengontrol dalam setiap langkah anak. Ibu akan gelisah dan paling khawatir saat anak tidak pulang pada jam sebagaimana biasanya. Sehingga ibu terkadang terkesan cerewet dengan ketidakdisiplinan anak, itu karena semata- mata demi kepentingan si anak sendiri. Pergaulan si anak akan benar- benar mendapat perhatian khusus dari ibu, apakah anak bergaul dengan orang- orang yang baik atau justru akan membawa pengaruh buruk baginya karena ibu tahu pergaulan adalah jendela yang mudah untuk mempengaruhi hal positif maupun negatif.

Takkan pernah habis jika kita bicara tentang jasa seorang ibu, ialah guru pertama kita, ialah pahlawan sejati kita dan pantaslah jika Rasulullah menempatkannya sebagai yang pertama, kedua dan ketiga orang yang wajib kita perlakukan dengan sebaik-baiknya, baru selanjutnya ayah. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah, dia berkata, telah datang kepada Rasulullah saw, seorang laki-laki lalu bertanya:, "Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu", dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?", Beliau menjawab, "Ibumu", dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?", Beliau menjawab, "Ibumu", dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Bapakmu". (HR Muslim)

Bersyukur kepada Allah atas segala karunia, termasuk keberadaan orang tua kita, ibu- bapak yang telah menjadikan kita pribadi yang seperti sekarang. Allahpun juga memerintahkan kepada kita untuk berterimakasih kepada orang tua (bapak-Ibu), karena ibu telah memerankan dirinya sebagaimana Allah perintahkan, mulai dari mengandung, melahirkan dan membesarkan kita. Kita ada karena Allah, dan Allah menghendaki kita ada karena do’a dan ikhtiar mereka (orang tua kita). Terima kasih ayah, terima kasih ibu yang kasih sayangnya tercurah sepanjang masa, guru pertama dan tersabar dalam kehidupan kita. Semoga kita semua dapat membahagiakan dan menjadi kebanggaan bagi orang tua, karena jasa mereka tiada tara, jasa mereka tak dapat dihitung dengan angka, dan akhirnya semoga ibu kita dianugerahkan kesehatan, kekuatan iman dan sabar menghadapi segala cobaan.

Rofiq Abidin

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism