Terimakasih
Ibu
oleh : Rofiq Abidin
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang orang tua (ibu-bapaknya); ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang (ibu-bapakmu), hanya kepada-Kulah
kembalimu.”
(QS. Luqman : 14)
Tangisan pertama memecah suasana
disambut senyum sang ibu, bapak dan keluarga yang ikut menyambut
kehadiran kita di dunia. Sentuhan pertama tangan sang ibu yang penuh kasih
menyamankan bathin kita, menenangkan tangis kita. Dalam ajaran Islam seorang ibu mendapat
tempat penghormatan pertama karena peran kodratinya yang begitu penting bagi kelangsungan
hidup sang anak. Baik peran sebelum lahir, yang dengan susah payah mengandung,
memperhatikan asupan gizi maupun asupan yang bersifat ruhiyah untuk
kelangsungan masa depannya. Begitupun peran setelah lahir, mulai dari peran
tumbuh kembang fisiknya, kecerdasannya maupun peran edukatif lainnya. Ibulah
yang senantiasa peka dengan bahasa kita, saat kita sedih maupun saat sedang
gembira. Ibulah yang selalu tahu perasaan kita, saat sedang bermasalah, dalam
kesulitan maupun sedang emosional, dengan senyum dan nasehatnya iapun menenangkan
kita, memberi rasa damai dan optimisme menyambut tantangan dengan penuh rasa
sabar. Dan tentunya ibu yang tidak pernah jijik membersihkan kotoran kita siang
dan malam. Seorang bapak yang memiliki dua peran penting yakni sebagai seorang
imam bagi keluarga dan pencari nafkah tetaplah memerlukan figur ibu yang
menjalankan kebijakan sang ayah dan mengatur keuangan keluarga. Ada beberapa
peran seorang ibu bagi
anak- anaknya yang perlu kita pahami diantaranya
sebagai berikut :
1.
Tumbuh kembang fisik dan
psikis
Kasih sayang yang
diwujudkan ibu dalam bentuk perhatian dan empati, sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, baik perkembangan fisik maupun mental
psikisnya, dengan selalu menjaga diri saat mengandung, selanjutnya mengawasi perkembangan
janin sampai melahirkan dengan mengorbankan jiwa raganya. Ibu tidak pernah
merasa lelah untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya, mulai dari keinginan
makanan, mainan dan lain-lain, demi kebahagiaan anak seorang ibu melakukan
apapun. Asupan gizi benar-benar akan diperhatikan demi sang anak, walau terkadang
harus mengalah dengan kenakalan anaknya sendiri. Empatinya dalam setiap gerak-gerik
anak, menjadikan ia makin paham mana perilaku yang harus dilakukan dan
mana perilaku yang harus ditinggalkan.
2.
Peran edukatif
Sejak usia dini ibu begitu
sabar mengajarkan
apa saja yang belum kita tahu, mulai dari mengucapkan kata ayah/ abi/ bapak/ papa, merangkak, berjalan, belajar menulis,
sampai kepada hal-hal baru yang belum kita pahami. Rasa keingintahuan anak
justru memicu sang ibu untuk terus memerankan dirinya sebagai guru pertama
dalam hidup sang anak. Walaupun anak sering bertanya banyak hal di saat-saat
ibu sibuk, tapi justru itu kelucuan anak, sehingga ibu menjawab dengan penuh
rasa sabar. Ibu memberikan pendidikan sepanjang hayat kepada anaknya dengan
sepenuh hati, karena orang tua pasti senang manakala generasinya lebih baik
dari dirinya. Allahpun juga telah mengingatkan kepada orang tua (bapak-ibu)
agar tidak meninggalkan anak/ keturunan/ generasi yang lemah, baik lemah fisik, mental,
intelektual maupun lemah iman. Namun kewajiban orang tua ialah mempersiapkan
dengan mendidik anak menjadi anak yang kuat, kuat iman, kuat mental,
kuat intelektual dan kuat fisik (sehat). Berikut ini firman Allah yang
menganjurkan kepada para orang tua untuk mempersiapkan anaknya :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak- anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.” (QS.
An Nisa’ : 9)
3.
Peran Aktualisasi
Dalam pengembangan diri
seorang ibu tahu apa yang harus diberikan kepada anak, ketrampilan apa yang pas
dan dapat dikuasai secara cepat dan bermanfaat. Dengan memahami bahasa qolbu si
anak, ibu lebih peka ketimbang bapak, sehingga ibu selalu menjadi rujukan
untuk memfasilitasi anak dalam mengembangkan potensinya. Kecermatan itu bukan
tanpa alasan, karena biasanya anak lebih suka minta sesuatu kepada ibu daripada kepada bapak,
itu karena ibulah yang bertugas mengatur keuangan rumah tangga. Untuk lebih
mengaktualisasikan dirinya ibu selalu mengerti apa dan bagaimana
langkah yang harus dipilih untuk si anak.
4.
Perkembangan mental
Dengan
menjaga, mengawasi dan memfasilitasi si anak demi perkembangan
mentalitasnya,
ibu lebih hati- hati.
Bekal iman yang ditanamkan kepada anak akan menjadi pengontrol dalam setiap
langkah anak. Ibu akan gelisah dan paling khawatir saat anak tidak pulang pada jam sebagaimana biasanya. Sehingga ibu terkadang terkesan
cerewet
dengan ketidakdisiplinan anak, itu karena semata- mata demi
kepentingan si anak sendiri. Pergaulan si anak akan benar- benar
mendapat perhatian khusus dari ibu,
apakah anak bergaul dengan orang- orang yang baik
atau justru akan membawa pengaruh buruk baginya karena ibu
tahu pergaulan adalah jendela yang mudah untuk mempengaruhi hal positif maupun
negatif.
Takkan
pernah habis jika kita bicara tentang jasa seorang ibu, ialah
guru pertama kita, ialah pahlawan sejati kita dan pantaslah jika Rasulullah
menempatkannya sebagai yang pertama, kedua dan ketiga orang
yang wajib kita perlakukan dengan sebaik-baiknya, baru selanjutnya ayah.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
Dari
Abu Hurairah, dia berkata, telah datang kepada Rasulullah saw, seorang
laki-laki lalu bertanya:, "Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak
untuk saya pergauli dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu",
dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?",
Beliau menjawab, "Ibumu", dia
bertanya lagi, "Kemudian siapa?",
Beliau menjawab, "Ibumu", dia
bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab,
"Bapakmu". (HR Muslim)
Bersyukur
kepada Allah atas segala karunia, termasuk keberadaan orang tua kita, ibu- bapak
yang telah menjadikan kita pribadi yang seperti
sekarang. Allahpun juga memerintahkan
kepada kita untuk berterimakasih kepada orang tua (bapak-Ibu), karena ibu telah
memerankan dirinya sebagaimana Allah perintahkan, mulai dari mengandung,
melahirkan dan membesarkan kita. Kita ada karena Allah, dan Allah menghendaki
kita ada karena do’a dan ikhtiar mereka (orang tua kita). Terima kasih
ayah, terima kasih
ibu yang kasih sayangnya tercurah sepanjang
masa, guru pertama dan tersabar dalam kehidupan kita. Semoga kita semua dapat
membahagiakan dan menjadi kebanggaan bagi orang tua, karena jasa mereka tiada
tara, jasa mereka tak dapat dihitung dengan angka, dan akhirnya semoga ibu kita
dianugerahkan kesehatan, kekuatan iman dan sabar menghadapi segala cobaan.
0 komentar:
Posting Komentar