Ad (728x90)

Senin, 27 Agustus 2012

Filled Under:

Tazkiyah

Tazkiyah

Hanya Aku dan DIA
Oleh : Rofiq Abidin

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS. Az Zumar : 23)

Allah saja yang tidak akan pernah mengecewakan kita, kita sesama manusia tidak akan bisa memuaskan semua keinginan manusia, karena manusia punya hawahu (hawa nafsu), baik yang muncul dalam bentuk nafs amarah maupun nafs-nafs buruk lainnya. Tata tertib hidup yang dibuat oleh Allah dalam firman-Nyalah yang akan menunjuki dua jalan, yakni jalan yang benar dan jalan yang salah beserta dengan
resikonya, tergantung pilihan hidup kita. Inilah pengendali hawahu itu, jadi datanglah kepada Allah dengan penuh ketundukan, niscaya akan menemukan ketenangan dan ketentraman. Kita pasti pernah kecewa dengan seseorang, dengan keadaan atau bahkan dengan diri kita sendiri, namun Allah tidak pernah meninggalkan kita. Banyak ayat-ayat yang diperlihatkan kepada kita, yang diperdengarkan kepada kita, baik ayat-ayat yang ada dalam Al Kitab, maupun tanda-tanda kekuasaan di alam raya ini. Kerinduan untuk terus mendekat kapada Allah terkadang hanya muncul saat kita sedih, saat kita sedang dalam tekanan, ketika dalam masalah, namun saat dalam kelimpahan kita lupa dan mungkin kadang-kadang kita pura-pura lupa. Entah mungkin kita terlalu asyik dengan urusan dunia, sehingga PetunjukNya pun kita tinggalkan dan hanya menjadi bacaan semata. Begitukah seharusnya, bukankah Allah menurunkannya untuk dijadikan pedoman disetiap sudut masalah kita?.

Hanya dengan mengingat-Nya
Saat kita mendapati diri kita pasrah, saat itu kita merasakan hanya Dia harapan terakhir. Padahal Allah sudah mengulurkan tangan-Nya untuk kita sejak awal, namun kita tidak mau datang kepada-Nya. Ya, lagi-lagi keasyikan dunia yang menutupi semua, seolah-olah kita bisa menangani semua tanpa-Nya. Sadarlah bahwa dengan datang kepada-Nya, baik melalui shalat, melalui do’a atau melalui firman-Nya kita akan merasa tenang, tentram dan nyaman. Sebagaimana Allah berfirman :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d : 28)

Pesan Ilahi tersebut di atas menerangkan bahwa orang- orang beriman yang telah sadar/ taubat akan menemukan sebuah ketentraman saat mengingat Allah. Dzikir yang khusuk, sholat yang khusuk, zakat yang khusuk (tanpa riya’) akan terasa memuaskan hati dan menyamankan jiwa, itu semua karena Allah, kita tulus ikhlas melakukannya hanya untuk-Nya. Bukankah kita selalu berkomitmen saat kita sedang sholat bahwa “sholatku, pengorbananku, hidup dan matiku “lillahirobbil’ alamin” (untuk Rabb/ Pengatur Alam yakni Allah SWT). Komitmen kita itupun diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya :

“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, pengorbananku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am : 162)

Saat kita mengucapkannya dengan khusuk “hanya aku dan Dia”, maka kontak langsung dengan-Nya akan menghadirkan ketenangan, ketundukan dan kecintaan kita seluruhnya untuk sang Khalik. Hanya dengan mengingat Allah, jiwa kita akan kembali bersih dan kembali lurus sehingga ketentraman yang tiada tara bisa kita rasakan. Namun beda manakala kita melakukan shalat tapi tidak khusuk, kadang ingat Allah, kadang pikiran melayang kemana-mana, yang ada justru kita ingat kita meletakkan kunci kendaraan di mana, menyimpan uang di mana dan lain- lain. Usia kita semakin bertambah, marilah kita niatkan untuk mengingat-Nya dengan khusuk, bukan untuk mendapat ketenangan, namun lebih kearah pengabdian/ persembahan yang benar dan ikhlas, karena ketenangan otomatis akan kita dapatkan manakala kita khusuk dan sungguh-sungguh dalam mengibadati-Nya.

Hanya Aku dan Dia
Romantisme kita dalam mengibadati Allah memiliki cerita masing-masing, seiring dengan fluktuasi iman kita. Suatu saat kita merasa butuh untuk dekat kepada-Nya, suatu saat kita membenarkan sikap dengan mengabaikan pengawasan-Nya. Allahpun dekat jika kita mau dekat, bahkan Allah lebih mendekat, namun jika kita meninggalkan-Nya, Allahpun tetap mengawasi kita, menilai kita, menghitung semua sikap kita dengan detail, kemudian memberi balasan sesuai apa yang kita lakukan, tak ada yang salah dengan perhitungan-Nya. Sebuah romantisme yang indah manakala seorang manusia mencintai dan dicintai Allah. Muhammad SAW adalah sosok kekasih Allah yang membuktikannya. Keluhuran akhlak Rasulullah SAW
dan amanah beliau dalam menjalankan misi kenabiannya serta prestasi ibadahnya menjadikannya manusia tersukses yang meraih cinta Allah SWT. Keteladanan beliau menjadikan semua ingin sepertinya, namun tak mudah meniru perilaku luhur beliau, prestasi ibadah beliau dan rasa cinta beliau kepada Allah. Kunci dari semua adalah pandai-pandailah memupuk iman, ikuti kata iman kita, karena di dalam iman kita ada irodah-Nya yang akan selalu mengingatkan saat kita mulai keluar dari jalur yang benar, menuntun kita pada kebahagiaan. Kita mulai instrospeksi dari sholat kita, berapa kali kita sholat khusuk, padahal jatah usia kita semakin berkurang.

“(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatNya.” (QS. Al Mukminuun : 2)

Mukmin yang beruntung ialah mukmin yang khusuk dalam sholatnya, itu janji Allah dalam Al Qur’an. Jadi iman kita menjadi syarat utama kita untuk khusuk, dan khusuk akan datang manakala kesungguhan kita untuk khusuk itu ada, pun juga penghayatan dalam sholat, tanpa kesungguhan niat dan penghayatan tidak mungkin kita mendapatkan khusuk. Selanjutnya khusuk inilah yang akan menenteramkan bathin kita, merefresh jiwa kita sehingga kita akan senantiasa siap menghadapi tantangan ke depan. Semoga saja romantisme ibadah saya dengan Allah SWT dan kita semua dengan Allah terus mengalami peningkatan, demikian juga dengan prestasi amal kita, seiring jatah usia kita yang makin berkurang hingga kelak kita kembali kepada-Nya dengan ridho-Nya.

Rofiq Abidin

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism