Ad (728x90)

Kamis, 08 Maret 2012

Filled Under:

budaya


kontra budaya positif

MEMULAI PERADABAN
DENGAN KONTRA BUDAYA POSITIF Oleh: Rofiq Abidin 1. demi waktu. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Perjalanan sejarah manusia tak akan lepas dari peradaban yang senantiasa bergulir dinamis, sains dan teknologi nyaris terus bergerak maju tanpa mengenal batas - batas teritorial dan bahkan ideialisme sampai kepenjuru belahan dunia. Teknologi informasi menjadi titik tolak progresifitas perubahan peradaban yang kian dinamis dan signifikan terutama tiga bidang yang paling dominan yakni mikrochip, komputer dan satelit. Lantas siapakah yang menguasai teknologi saat ini? menurut UNESCO (dalam Science, Technology and Developing Countries) bahwa Amerika Serikat menumbuhkan dan hampir menggenggam hampir sepertiga dari seluruh riset dan pengembangannya, sepertiga lagi dikembangkan oleh Eropa barat dan Jepang dan hampir sepertiga lagi oleh Rusia.Bagaimana dengan negara muslim? Belum ada satu negara muslim pun yang dijadikan kiblat bidang iptek karena porsi kepemilikan risetnya hanya sekitar tiga persen dari seluruh riset yang dikembangkan didunia ini. Mungkin baru Iran dan Pakistan yang telah memulai mendalami bidang iptek tingkat tinggi yakni teknologi nuklir namun menemukan jalan yang terjal dengan segala kontraversinya. Zaman seaakan memberi sinyal kepada kita untuk bersiap dan bersikap tersedia mengahadapi seleksi global, siapa yang akan berhasil dengan berbagai kemajuan peradaban dan siapa yang akan menjadi penonton atau bahkan menjadi pecundang karena batasan - batasan kepahaman yang seakan menjadi dinding tebal untuk menguasai bidang teknologi informasi. Ajaran Islam yang begitu komprehensif dan fleksible sangatlah mendorong perihal teknologi Informasi namun tinggal bagaimana pelaku yakni umat islam sendiri, jangan sampai hanya bisa membangga - banggakan sesuatu prestasi peradaban yang pernah diraih pada masa keemasan khilafah dinasti Abasiyah namun mesti memulai bergerak membangun peradaban maju dan menatap terbuka terhadap berbagai peningkatan science dan teknologi sehiinga muncul kontra budaya positif walaupun dengan berbagai kontraproduktif. Karena jika tidak demikian umat islam akan sulit bergaul dan menempatkan Din (agama) dan dirinya dalam tataran internasional. Kesempatan yang diberikan Allah kepada manusia adalah merupakan anugerah yang sangat berharga karena, masa lalu adalah hikmah yang harus diefaluasi untuk perbaikan dan perubahan yang lebih baik, masa kini adalah relitas fakta yang senantiasa menguji kita untuk menjawab secara bijak persoalan - persoalan yang berdatangan, masa depan adalah mimpi yang harus diraih dengan Etape - Etape logis dan tawakal serta kesabaran yang tinggi. Dalam surat Al Ashr: 1-3 Allah bersumpah dengan masa / waktu yang menjadi instrument pokok pencapaian amaliah dan sebuah peradaban, jika manusia mengerti masa peradaban yang sedang dialami maka ia tidak akan merugi, karena ia telah memiliki pertama, kekuatan iman / optimis terhadap masa yang akan dihadapi, kedua memanfaatkan masa / waktu dengan amalan produktif, kerja keras, ketiga selalu berusaha lurus terhadap kebenaran dan keempat memiliki kesabaran tinggi yakni gigih, ulet dan pantang menyerah. Akomoditif Islam Terhadap Peradaban dan Budaya Ajaran Islam yang universal, komprehensif dan fleksible menjadi motiv (alasan) utama membengun dan mengembangkan budaya, namun sifat akomoditif islam tidak begitu saja menerima sebuah kebudayaan, mengingat setiap agama memiliki zona teologis (aqidah) yang tidak bisa dipaksakan secara doktrinal. Dalam ajaran islam "kalimat syahadat" menjadi poros semangat untuk beribadah, area ini tidak bisa di rubah bahkan digeser sedikitpun, begitupun dengan agama / keyakinan lain tidak ada yang berkenen dengan pemaksaan pemahaman. Pluralisme menjadi relitas taqdir dari Tuhan untuk diharapkan mengambil hikmah dan mencari jawaban atas segala keberagaman. Ajaran toleransi merupakan suatu jembatan indah dari dua atau bahkan lebih dari beragam pemahaman, keyakinan, perbedaan pendapat atau idealisme yang dapat berfungsi secara mutual simbiosis (saling bermanfaat) bagi kedua belah pihak. Perbedaan tak semestinya disikapi dengan kekerasan atau kekakuan pemahaman serta doktirn taklid terhadap suatu hal yang dapat memetikan kreatifitas dan potensi umat islam sehingga terpasung dan terkungkung dalam penjara mental pemahaman yang setengah - setengah. Membuka pandangan baru secara wahyuniah yang kemudian dilanjutkan dengan implementasi budaya positif akan terasa kontradiktif dengan lingkungan, namun itu adalah awal baik yang seharusnya dimulai untuk membangun peradaban maju. Karena Allah sangat menganjuran kepada manusia untuk melakukan penguasaan ilmu sebagai kunci kesuksesan menjadi kholifah fil Ardh ​​sebagaimana dalam firmannya surat Al Baqoroh: 31-33 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [35]." 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Pesan Ilahi tersebut di atas memberikan pengajaran kepada kita bahwa kita harus mengusai apapun yang diajarkan kepada kita, sekali lagi penguasaan ilmu pengetahuan adalah merupakan kuci jawaban sebagai kholifah filardh. Sehingga dapat meyakinkan kepada siapa saja bahwa umat islam memiliki kepampuan dan potensi untuk turut serta membangun dan mengelola bumi ini. Kemudian terlihat pula dari ayat pertama yang turun kepada Rosulullah SAW yakni surat Al Alaq 1-5, ayat tersebut menyentuh masalah yang paling essensial dari potensi manusia, yaitu akal dan bathin (fikir dan dzikir), juga disebutkan perangkatnya yakni iqra '(baca, riset , teliti), allama (mengajarkan / tranfer ilmu) dan qalam (alat tulis / alat penyimpan data / memori). Sikap Umat Islam Terhadap Kemaujan Peradaban Umat islam yang benar - benar mengamalkan ajarannya akan sangat inklusif terhadap kemajuan peradaban, disamping itu juga dengan ajaran tasamuh (toleransi) akan mudah bergaul dan bekerjasama dengan semua komponen bangsa yang sehati dan mementingkan kerukunan dan kemajuan bersama. Dengan adanya kemaujuan peradaban yang ditandai dengan derasnya penguasaan sains dan teknologi maka secara garis besar sikap umat islam akan terbagi tiga kelompok: 1. Sikap Distopistik, yakni orang yang lari dari kenyataan, apatis, pesimis menghadapi tantangan zaman, sangat eksklusif terhadap kemajuan bahkan cenderung mengaharamkan iptek. 2. Sikap Utopistik, yakni orang yang memiliki optimisme yang berlebihan, namun memandang persoalan secara parsial, ia berkeyakinan hanya dengan kemoderenan yang bisa menyelesaikan masalah, namun sikapnya cenderung sekuler. 3.Sikap Moderat, yakni orang yang mampu melihat persoalan secara utuh dan komprehensip, sikapnya sangat terbuka terhadap kemajuan iptek (modernitas) tetapi tetap mematuhi nilai - nilai Ilahiah (ketauhidan) Beberapa sikap di atas akan memberikan wacana kepada kita, sejauh mana peranan kita menyikapi sebuah kemajuan peradaban, sudahkan kita memulainya atau bahkan kita akan mengharamkannya dengan adanya kekakuan pemahaman atau kita telah mendewakan teknologi sampai lupa terhadap nilai - nilai ketuhanan. Maka dari itu jika kita masih menonton maka bersegeralah memulai kontra budaya positif yang akan segera mengangkat harkat umat islam dan memang telah menjadi ajaran dan ajakan dari Allah SWT untuk mnguasainya segala disiplin ilmu, sebagaimana diajarkan kepada nabi Adam sebagai kunci kesuksesan khalifah fil ardh. Allah juga telah memberikan pengajaran bahwa setiap urusan kebaikan akan ada pro dan kontra (suka dan benci), orang yang kontradiksi terhadap kita hanyalah orang - orang yang belum nyambung, ada yang terputus dari pemahaman tentang urusan baik yang kita lakukan. Sebagaimana dalam firmanNya:                              Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (Al Kautsar: 3)dalam mengawali sesuatu bersegeralah memiliki artikel - artikel positif yang berani mengubah diri kita lebih baik, kemudian mengamalkannya dan mensikapi secara progersif dan kreatif sehingga akan lebih nyaman dan menemukan ketenangan serta kepuasan bathin dalam beribadah kepada Allah. Meskipun sikap baik itu terasa kontradiktif terhadap lingkungan sekitar, yang terpenting kita tidak keluar dan diluar dari pada kepentingan agama Allah, agama islam dan ridho Allah SWT. (Rovich Abidin) 

Rofiq Abidin

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism