Ad (728x90)

Senin, 12 Maret 2012

Filled Under:

Positif thinking

Positif thinking


JUJUR ITU BAIK
 Seseorang pernah bertanya kepada saya tentang aplikasi kejujuran di era sekarang, belum saya menjawabnya iapun mengeluhkan sebuah opini publik bahwa “hidup di zaman sekarang jangan jujur-jujur banget, bisa-bisa gak makan”, ungkap kesalnya. Praktek ketidakjujuran sudah lazim berlaku di lingkungan bangsa ini, justru terkesan aneh manakala jujur. Entah ini pendapat saya atau kenyataan?, yang pasti ada orang-yang nyata-nyata mengaku kepada saya bahwa ketidakjujuran itu dilindungi dan mendapat dukungan. Rasulullah SAW menganjurkan kita selalu jujur, karena jujur membawa kepada kebaikan, sebagaimana sabda beliau berikut ini :

Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Jujur bermakna keselarasan antara yang terucap dengan kenyataannya. Komitmen untuk jujur akan mendapati ujian dan perlawanan, yakni perlawanan bathin untuk dusta. Pada dasarnya dusta adalah mengesampingkan nurani, karena setiap  dusta yang kita lakukan pasti tidak sesuai dengan nurani kita, tidak nyaman, entah kita sadarnya cepat atau dalam jangka waktu yang agak lama, yang pasti ada yang ganjil manakala kita dusta. Keyakinan bahwa jujur membawa kebaikan yang disampaikan Rasulullah SAW berlawanan dengan opini publik yang saya sebutkan di atas yakni “hidup di zaman sekarang jangan jujur-jujur banget, bisa-bisa gak makan”. Sebagai mukmin, apakah kita akan mengikuti anjuran Rasulullah ataukah opini yang sudah menjadi rahasia umum?, itu tergantung iman kita. Bisa saja kita mensamarkan sebuah nilai “jujur” dengan dalih “percepatan”, kepentingan bersama, atau keterpaksaan/kesempitan, itu semua tergantung iman kita, meyakini bahwa jujur membawa kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kenyamanan hati, keberkahan dan kepercayaan. Allah Maha Tahu, mana orang-orang yang memegang teguh wahyu-Nya dan orang-orang yang membiarkan dirinya dalam keraguan. Allah tidak tidur, dia menghitung semua amal kita dengan rapi, kemudian memberikan balasan dengan cara-Nya, ada yang dipercepat ada yang diuji dalam jangka waktu lama, itu hak perogratif-Nya, karena Allah Maha Adil. Jadi yakinlah bahwa jujur itu baik, baik untuk diri kita, untuk keluarga kita dan baik untuk semua. Allah menegaskan dalam firman-Nya:

Wahai orang- orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah meskipun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Jika kita mau merubah sesuatu, awali semua dari jujur, jujur dengan hati kita, maksudnya meninggalkan yang meragukan, jujur dengan ucapan kita, maksudnya, menepati ucapan dan janji dan jujur dengan perbuatan yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin. Semoga penulis dan pembaca Suara Hati tetap  teguh dengan komitmen dengan kejujuran, demi kedamaian dan kebaikan bersama. (Rofiq Abidin)

Rofiq Abidin

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © RAHMATAN LIL ALAMIN 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism