JUJUR ITU BAIK
“Senantiasalah kalian
jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan
kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha
untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu
jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan,
dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan
selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang
pendusta.”
(HR al-Bukhari dan Muslim)
Jujur
bermakna keselarasan antara yang terucap dengan kenyataannya. Komitmen untuk
jujur akan mendapati ujian dan perlawanan, yakni perlawanan bathin untuk dusta.
Pada dasarnya dusta adalah mengesampingkan nurani, karena setiap dusta yang kita lakukan pasti tidak sesuai
dengan nurani kita, tidak nyaman, entah kita sadarnya cepat
atau dalam jangka waktu yang agak lama, yang pasti ada yang ganjil manakala
kita dusta. Keyakinan bahwa jujur membawa kebaikan yang disampaikan Rasulullah
SAW berlawanan dengan opini publik yang saya sebutkan di atas yakni “hidup di zaman sekarang jangan
jujur-jujur banget, bisa-bisa gak makan”. Sebagai mukmin, apakah kita akan
mengikuti anjuran Rasulullah ataukah opini yang sudah menjadi rahasia umum?,
itu tergantung iman kita. Bisa saja kita mensamarkan sebuah nilai “jujur”
dengan dalih “percepatan”, kepentingan bersama, atau keterpaksaan/kesempitan,
itu semua tergantung iman kita, meyakini bahwa jujur membawa kebaikan. Kebaikan
yang dimaksud adalah kenyamanan hati, keberkahan dan kepercayaan. Allah Maha Tahu, mana
orang-orang yang memegang teguh wahyu-Nya dan orang-orang yang membiarkan dirinya
dalam keraguan. Allah tidak tidur, dia menghitung semua amal kita dengan rapi,
kemudian memberikan balasan dengan cara-Nya, ada yang dipercepat ada yang
diuji dalam jangka waktu lama, itu hak perogratif-Nya, karena Allah Maha Adil. Jadi
yakinlah bahwa jujur itu baik, baik untuk diri kita, untuk keluarga kita dan
baik untuk semua. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
“Wahai orang- orang
yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah meskipun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan.”
Jika kita mau merubah sesuatu, awali semua dari jujur, jujur
dengan hati kita, maksudnya meninggalkan yang meragukan, jujur dengan ucapan
kita, maksudnya, menepati ucapan dan janji dan jujur dengan perbuatan yaitu seimbang antara
lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal
batin. Semoga penulis dan pembaca Suara Hati tetap teguh dengan komitmen dengan kejujuran, demi
kedamaian dan kebaikan bersama. (Rofiq
Abidin)
0 komentar:
Posting Komentar